Hiruk-pikuk hewan ternak mewarnai aktivitas Burhan (30 tahun), pemilik usaha pengolahan tembakau di Desa Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Di sela kesibukan pembangunan pabrik rokok barunya, dari sorot mata Burhan terpancar harapan dan optimisme atas kesejahteraan bagi para pekerja dan petani di lingkungan usaha rokok rumahan miliknya, PR Janoko.
Belasan tahun waktu yang dibutuhkan Burhan untuk memberanikan diri memulai dan membangun usaha pengolahan tembakau PR Janoko. Kepada Olenka, Burhan bercerita tentang pil pahit yang pernah dirasakan oleh kedua orang tuanya saat menjalankan usaha olahan tembakau.
Sejak tahun 1973, orang tua Burhan sudah memiliki izin usaha pengolahan tembakau menjadi rokok. Naik-turun usaha menjadi hal yang lumrah dihadapi sepanjang perjalanan bisnis olahan tembakau ini. Hingga pada tahun 1998, krisis moneter memaksa orang tuanya untuk mengalah pada keadaan ekonomi yang sulit.
"Ketika krismon tahun 1998 itu, usaha milik orang tua saya akhirnya tutup," ungkap Burhan dalam wawancara dengan Olenka di Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (30/5/2025).
Berbekal pengalaman yang didapat dari lingkungan tempat tinggal, ia mulai terbiasa membantu orang tua menjual tembakau sejak usia muda. Lambat laun, ia memutuskan untuk membangun usaha sendiri. Tahun 2021 menjadi titik balik kehidupan Burhan dari yang sebelumnya sebagai pekerja atau penjual tembakau menjadi pengusaha pengolahan tembakau dan pembuatan rokok klembak menyan (KLM).
"Tahun 2021 saya mencoba peruntungan dan ingin membangkitkan semangat orang tua yang dulu pernah punya usaha rokok. Saya mulai bisnis pengolahan tembakau, khususnya di bidang rokok," lanjutnya.
Menjalankan usaha sendiri ternyata tak mudah, ia menghadapi banyak ujian dan tantangan saat mulai merintis bisnis. Beberapa tantangan yang dihadapi seperti persaingan usaha yang ketat, kesulitan modal usaha, hingga pandemi Covid-19.
"Pemain di industri ini cukup banyak. Jadi, kita harus pandai dan bekerja keras menembus pasar. Modal usaha juga menjadi tantangan saat awal merintis bisnis," tuturnya.
Ia menambahkan, tantangan lain yang dihadapi pada tahun ini adalah penurunan daya beli masyarakat. Hal tersebut menyebabkan anjloknya penjualan yang berujung pada penurunan pendapatan usaha. "Saat ini konsumen mencari produk dengan harga murah misalnya rokok ilegal tanpa cukai. Kalau harga jual produk kita tinggi maka konsumen akan kabur," sebutnya.
Sebagai pemilik usaha, ayah satu anak ini memiliki perhatian khusus terhadap kebijakan pemerintah terkait dengan perizinan dan cukai. Ia berharap bahwa kebijakan atas izin dan cukai dapat disesuaikan dengan skala usaha dari masing-masing produsen rokok. Ia juga menyoroti upaya penertiban rokok-rokok ilegal yang masuk ke Indonesia tanpa cukai.
"Tahun 2021 itu belum banyak, sekarang saya lihat makin banyak rokok yang mungkin dari luar negeri masuk ke Indonesia tanpa cukai. Itu perlu lebih ditertibkan supaya persaingan dengan pabrik rokok lokal bisa lebih baik," paparnya.
Harapan
Dengan usaha yang sudah berjalan hampir lima tahun ini, ia mengaku optimis atas potensi pengembangan industri tembakau dan rokok di daerah. Apalagi, usaha miliknya telah memberi kontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat dan perekonomian daerah. Kini, tak kurang dari 15 orang pekerja pabrik yang membantunya dalam pembuatan rokok di PR Janoko.
"Kami juga ada pekerja yang menebas tembakau dari kebun. Sekarang 80% tembakau dari kebun di sini (Kebumen). Sesekali kami dapat tembakau dari NTB dan Temanggung," ungkapnya.
Pria kelahiran Kebumen ini mengatakan, PR Janoko bisa memproduksi sekitar 10 ribu hingga 12 ribu batang rokok KLM per bulan. Ia mengaku, dengan skala usaha saat ini bisnis rokok PR Janoko dinilai cukup untuk memutar roda perekonomian di daerah.
"Alhamdulillah membantu perekonomian daerah dan juga tambahan untuk membantu ekonomi keluarga para pekerja. Yang bekerja sebagai buruh rokok di sini kebanyakan ibu-ibu, bisa membantu sebagai tambahan untuk kebutuhan keluarga," tegasnya.
Perlu diketahui, tanaman tembakau menjadi salah satu komoditas potensial di Kebumen. Bahkan industri tembakau, khususnya rokok dapat dikatakan sebagai salah satu kontributor terbesar bagi pendapatan daerah di Kebumen, Jawa Tengah. Di wilayah ini industri rokok klembak menyan (KLM) merupakan industri rokok rumahan yang telah ada lebih dulu dibandingkan jenis rokok lain.
Data Bea Cukai mencatat, pendapatan negara dari cukai rokok dan hasil tembakau di Kabupaten Kebumen mencapai Rp500 miliar hingga November 2024. Pada saat yang sama, dana bagi cukai hasil tembakau (DBHCHT) untuk Kabupaten Kebumen tahun 2024 mencapai Rp12,8 miliar. Angka tersebut menggambarkan geliat dan potensi industri tembakau di wilayah Kebumen yang masih perlu dioptimalkan.
Kontribusi
Industri hasil tembakau (IHT) memiliki kontribusi dan peran besar sebagai penggerak ekonomi dan penyerap tenaga kerja di daerah, utamanya di sektor padat karya sigaret kretek tangan (SKT). Selain itu, sektor IHT turut berkontribusi terhadap penerimaan negara melalui cukai hasil tembakau.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rizal Taufikurahman, mengamini bahwa sektor IHT memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian di daerah, mulai dari sektor hulu hingga hilir.
"Industri tembakau menopang ekosistem ekonomi dari hulu ke hilir mulai dari petani, buruh linting, logistik, ritel, hingga penerimaan fiskal negara," katanya sebagai dikutip Olenka, Minggu (1/6/2025).
Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Kusnadi Mudi, yang memastikan bahwa industri hasil tembakau berkontribusi besar terhadap pembukaan lapangan kerja di daerah mulai dari petani, manufaktur, hingga distributor. Selain itu, sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemasukan negara melalui cukai hasil tembakau.
Mudi menambahkan, keberadaan industri hasil tembakau telah memberikan manfaat luas bagi masyarakat, termasuk sektor informal seperti buruh pabrik, pengrajin kemasan, hingga pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya pada distribusi produk tembakau.
"Tembakau di Indonesia menjadi sumber penghidupan bagi enam juta tenaga kerja yang terlibat dalam industri ini," pungkasnya.