Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2024 mencatat bahwa lebih dari 651 ribu orang meninggal setiap tahun karena penyakit kardiovaskular. Penyebab utamanya terdiri dari stroke, penyakit jantung koroner, dan hipertensi dengan komplikasi jantung. Kondisi ini memperlihatkan urgensi peningkatan kualitas pelayanan medis, termasuk di level praktik lapangan yang kerap menghadapi kompleksitas kasus secara langsung.

Di tengah meningkatnya angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia yang terus menerus, Heartology Cardiovascular Hospital kembali menyelenggarakan konferensi ilmiah tahunan CARES 2025 (Cardiac & Vascular Excellence Scientific Update). Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, CARES 2025 yang hadir dengan tema “Heart & Vessel Dialogues: Case Sharing Across Cardiovascular Medicine” dirancang lebih terbuka dan partisipatif.

Salah satu sorotan utama adalah kompetisi Abstract Sharing Case, sebuah platform bagi para dokter peserta untuk menyampaikan kasus klinis nyata yang mereka temui di lapangan, kemudian didiskusikan bersama para ahli. Melalui mekanisme ini, CARES tak hanya menyajikan satu arah pembelajaran dari panelis, melainkan mendorong pertukaran pengetahuan dua arah yang berakar dari pengalaman praktik langsung. 

Baca Juga: Jaga Jantung dengan Latihan Pagi 10 Menit, Ini Sederet Manfaatnya

“Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan penyakit jantung saat ini adalah kesenjangan antara teori dan praktik klinis. Melalui CARES 2025, kami mencoba menjembatani itu dengan membahas kasus-kasus riil yang dihadapi dokter di berbagai tempat,” jelas Ketua Panitia CARES 2025, dr. Adrianus Kosasih, Sp.JP(K) kepada Olenka pada Sabtu (02/08/2025).

Acara yang dihadiri total lebih dari 460 peserta—terdiri dari dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, bedah toraks, general practitioner, hingga PPDS ini, menampilkan ragam sesi diskusi yang menukik langsung pada kasus penyakit jantung kompleks.

Beberapa topik utama yang dibahas dalam simposium di antaranya adalah penanganan penyakit jantung koroner kompleks, intervensi pada penyakit jantung struktural, serta tata laksana penyakit aorta yang rumit. Melalui sesi ini, para peserta diajak menyelami proses pengambilan keputusan klinis dalam kondisi pasien yang tidak textbook, sebuah hal yang menjadi tantangan sehari-hari bagi banyak tenaga medis di lapangan.

Baca Juga: Terlihat Biasa, 8 Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Picu Risiko Serangan Jantung

Tak hanya diskusi teoritis, CARES 2025 juga menggelar workshop aplikatif yang membekali peserta dengan keterampilan teknis. Di antaranya, pelatihan membaca EKG dalam situasi gawat darurat, pemanfaatan USG sederhana (POCUS) untuk mendeteksi kelainan jantung bawaan maupun kondisi kritis, serta penggunaan Holter monitor untuk memantau ritme jantung secara kontinu selama 24 jam.

Semua sesi ini dipandu oleh dokter-dokter spesialis dari Heartology Cardiovascular Hospital yang memiliki pengalaman panjang di bidangnya masing-masing, mulai dari dr. Dafsah Arifa Juzar, Sp.JP(K), dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K), hingga dr. Dicky Aligheri Wartono, Sp.BTKV(K).

Menurut CEO Heartology Cardiovascular Hospital, dr. Ridwan Tjahjadi Lembong, CARES 2025 bukan sekadar ajang pembaruan ilmu, melainkan ruang untuk membentuk cara pikir baru dalam merawat pasien.

Baca Juga: 5 Kebiasaan 5 Menit ala Dokter AS yang Diam-diam Menjaga Jantung Tetap Sehat

“CARES 2025 ini bukan hanya soal berbagi ilmu, tapi juga membangun cara pikir baru dalam menangani pasien. Karena di dunia kedokteran, kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Perubahan besar terjadi ketika kita duduk bersama dan bicara tentang praktik nyata di lapangan,” ujarnya.

Hadirnya CARES 2025 semakin mempertegas peran Heartology sebagai pusat keunggulan layanan kardiovaskular di Indonesia yang tidak hanya fokus pada aspek kuratif, tetapi juga pada pengembangan kapasitas tenaga medis secara menyeluruh.

Melalui forum ilmiah seperti ini, Heartology ingin memastikan bahwa kualitas pelayanan pasien jantung tidak ditentukan oleh lokasi praktik atau fasilitas semata, melainkan juga oleh kesiapan klinis dan keberanian berbagi antar sejawat medis.

Baca Juga: Yayasan Jantung Indonesia Ajak Lawan Hipertensi Lewat Deteksi Dini

Dengan pendekatan yang lebih praktis, kolaboratif, dan berbasis kasus nyata, CARES 2025 menjadi bukti bahwa pendidikan medis berkelanjutan harus terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Dan di tengah ancaman penyakit jantung yang terus meningkat, inisiatif seperti ini akan menjadi salah satu ujung tombak perubahan dalam sistem layanan kesehatan kardiovaskular di Indonesia.