Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bakal menelusuri dugaan fitnah dalam dokumenter Dirty Vote yang membongkar indikasi kecurangan Pemilu 2024. 

Langkah ini sebagai respons atas pernyataan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya telah menyebut terdapat fitnah keji dalam film garapan jurnalis investigasi Dandhy Dwi Laksono itu, 

Baca Juga: Klaim Dirty Vote Dinamika Politik Jelang Pemilu, Wapres Ma’ruf: Pemerintah Akan Memperhatikan Suara-suara Itu

"Berkenaan soal dugaan fitnah dan lain sebagainya, nanti kami dalami lagi," kata komisioner Bawaslu RI Lolly Suhenty kepada wartawan Selasa (13/4/2024). 

Sementara itu, Lolly mengatakan bahwa film dokumenter "Dirty Vote" termasuk suatu hal yang viral karena mampu mencapai jutaan penonton dalam kurun waktu yang singkat.

"Ternyata kan saya lihat tadi viewer (penonton) yang nonton film ini luar biasa tinggi, ya. Dalam satu hari, dia (film "Dirty Vote") sudah mampu mencapai 3,5 juta (penonton) tadi yang saya lihat, ya. Jadi ini sesuatu yang viral," ujarnya.

Oleh sebab itu, dia mengatakan suatu hal yang viral perlu mendapatkan respons oleh pihaknya sehingga akan mendiskusikan dugaan fitnah yang dikemukakan oleh TKN Prabowo-Gibran.

"Sesuatu yang viral itu perlu mendapat respons supaya tidak menimbulkan kegaduhan, dan membuat terang sebuah peristiwa. Jadi berdasarkan situasi ini nanti tentu kami akan melakukan pendalaman. Kami akan diskusikan di level pimpinan," tuturnya.

Sebelumnya, TKN Prabowo-Gibran mencurigai film dokumenter “Dirty Vote” yang diluncurkan dalam platform YouTube, Minggu (11/2), bertujuan menurunkan muruah Pemilu 2024.

Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran Habiburokhman saat jumpa pers di Jakarta, Minggu (11/2), selang beberapa jam setelah film itu tayang, pun meminta masyarakat jangan terpancing narasi-narasi dalam film tersebut, karena dia meyakini sebagian besar isinya sebatas asumsi.

“Sebagian besar yang disampaikan film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif, dan sangat tidak ilmiah. Saya mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang ada di film tersebut dan saya kok merasa sepertinya ada tendensi, keinginan untuk mendegradasi pemilu ini dengan narasi yang sangat tidak berdasar,” kata Habiburokhman saat membacakan sikap TKN atas tayangan dokumenter “Dirty Vote".

Baca Juga: Ajak Warga Coblos Nomor 1, Anies Baswedan: Kami Membutuhkan Kewenangan untuk Perubahan

Baca Juga: Pandangan Ketum Golkar Soal Film Dokumenter Dirty Vote

Film dokumenter "Dirty Vote" disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono. Dalam siaran tertulisnya, Dandhy menyampaikan film itu bentuk edukasi untuk masyarakat yang pada 14 Februari 2024 akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024.

“Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres, tetapi hari ini saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara,” kata Dandhy.