Co-Captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Thomas Lembong angkat bicara setelah namanya menjadi perbincangan publik pengguna media sosial pasca debat cawapres beberapa waktu lalu. 

Pada debat itu, namanya sempat disebut cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka. Setelah nama Tom Lembong terus menjadi perbincangan pasca disemprot Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan lantaran menyebut harga nikel bakal anjlok. 

Baca Juga: Tantangan Adu Data Hilirisasi Diladeni Luhut, Cak Imin: Saya dan Tom Lembong Siap Menghadap Opung

Namanya menjadi buah bibir publik, Tom Lembong rupanya tak nyaman dengan hal itu. Dia mengaku dirinya adalah seorang introvert yang lebih suka bekerja di belakang layar, dia tak nyaman namanya menjadi bahan pembicaraan apa lagi foto-foto dirinya dijadikan sebagai bahan lelucon.

"Saya ini sebetulnya karakter yang sangat privat. Saya ini sebetulnya introvert, penyendiri. Tadi pak Teguh bilang, saya paling nyaman di belakang layar. Saya sebenarnya tidak begitu nyaman diviralkan, dijadikan meme," ujar Tom dilansir Selasa (30/1/2024).

Meski begitu, Tom Lembong mengaku tim kampanye pasangan Amin telah mengambil kesimpulan bahwa dirinya adalah salah satu aset kampanye yang dapat dimanfaatkan menggaet pemilih untuk memenangkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Karena kesimpulan tersebut Tom Lembong mengaku mau tidak mau  dirinya harus tampil di hadapan publik dan tak lagi bekerja di balik layar.

"Tapi kelihatannya tim kita, tim gabungan, tim parpol, tim Pak Anies, tim Pak Muhaimin, kita semuanya bekerja sama erat, menyimpulkan bahwa ini barang laku. Jadi ya sudah kita manfaatkan, ya termasuk untuk bikin lebih nyaman teman-teman di kalangan minoritas," jelas Tom.

Baca Juga: Sempat Persiapkan Jokowi Kampanyekan Ganjar-Mahfud, PDIP Kini Menyoal Etika Presiden

Baca Juga: Riwayat Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Pentolan Lekra yang Jadi Musuh Besar Orde Baru

"Tapi tim kampanye menyimpulkan pemanfaatan terbaik saya sebagai aset kampanye itu tetap di Jakarta, ngonten sebanyak-banyaknya, keliling ke stasiun-stasiun televisi, keliling ke podcast-podcast, yang kemudian wawancara itu bisa dipotong-potong, dijadikan video kliping yang disebar melalui tik tok, melalui WA grup dan itu bagaimana kita menjangkau ke semua sampai ke pelosok-pelosok dan ke desa-desa yang tetap pakai WhatsApp," tambahnya memungkasi.