Private Leader PwC Indonesia, Marcel Irawan mengatakan perusahaan keluarga tidak bisa terpaku hanya pada satu gaya kepemimpinan, ada beberapa gaya yang perlu diadopsi sesuai perkembangan perusahaan. 

Pada tahap awal merintis, kata Marcel perusahaan keluarga dapat dipimpin dengan gaya dominan dan to the point. Gaya kepemimpinan seperti ini berorientasi pada eksekusi dan fokus pada hasil. 

Baca Juga: Dari SBY untuk Generasi Muda: Jangan Hidup tanpa Tujuan

“Kenapa? Karena kecepatan bisnis, kemampuan, dan juga koordinasi itu melekar ke seorang pendiri dan jajaran manajemen ring satu,” kata Marcel dilansir Olenka.id Senin (22/12/2025).

Ketika perusahaan keluarga sudah masuk pada level yang lebih tinggi, gaya kepemimpinan juga mesti berubah, gaya dominan dan to the point tidak cocok lagi diterapkan lantaran ruang lingkup bisnis semakin luas, di samping itu, orang-orang yang dilibatkan dalam perusahaan juga semakin banyak dan beragam yang tentu saja tidak hanya datang dari kalangan keluarga. 

Ketika perusahaan keluarga sudah sampai pada tahap ini, maka gaya untuk memimpin adalah demokrasi terpimpin dimana gaya kepemimpinan harus mengikuti aturan main perusahaan. 

Pada level ini, perusahaan biasanya sudah peraturan baku, mereka juga sudah punya semacam pakem tersendiri dalam  mengatasi masalah perusahaan juga sudah punya protokol.

“Gaya kepemimpinan yang sifatnya demokrasi ini yang saya lihat lebih tepat,” ucapnya.

Menurut Marcel, gaya kepemimpinan demokrasi ini bakal membuat sebuah perusahaan keluarga tumbuh sehat, sebab gaya kepemimpinan yang demikian dapat menghadirkan kesamarataan kepa seluruh karyawan. 

“Akibat dari gaya kepemimpinan yang demokratik atau demokrasi terpimpin ini berdampak kepada kepemimpinan yang mengutamakan adanya fairness. Fairness atau keadilan buat semua pihak,” ucapnya.

Lebih jauh Marcel menjelaskan, untuk menghadirkan keadilan bagi semua pihak dalam perusahaan keluarga, maka pemimpin perlu menerapkan cara yang ia sebut dengan istilah 5C yakni: Communication, Commitment, Clarity, Consistency, dan Changeability.

Baca Juga: Segel Tambang Terkait Banjir Sumatra, Menteri Hanif: Tak Ada Kompromi bagi yang Mengabaikan Keselamatan Warga

“Jadi karakter 5C itu perlu dimiliki oleh sebuah keluarga yang kadang memimpinnya bukan lagi secara otokratik ya, tapi bersama kolegial. Misalnya keluarga yang kuat dia sudah bisa sangat baik komunikasinya, bekerjasama antara seorang ayah dengan anak, ayah dengan keponakan, mungkin bersama-sama membangun keluarga itu menjadi besar, tapi unsur 5C itu tetap ada,” pungkasnya.