PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) merupakan salah satu bank swasta terbesar di Indonesia saat ini. Berdiri sejak tahun 1955, kini saham mayoritas CIMB Niaga dimiliki oleh perusahaan asal Malaysia, CIMB Group Sdn Bhd, yang menggenggam hingga 91.4% saham.

Awalnya Bernama Bank Niaga

Berdiri pada tanggal 26 September 1955, sekelompok pengusaha, yakni Soedarpo Sastrosatomo, Pang Lay Kim, Ali Algadri, hingga Roestam Munaf resmi mendirikan Bank Niaga. Bank tersebut memperoleh izin usaha sebagai bank umum pada 11 November 1955.

Baca Juga: Mengenang Sosok Soedarpo Sastrosatomo, Sang Raja Kapal Indonesia

Dalam catatan CNBC, bank yang selamat dari krisis inflasi pada tahun 1969 ini terkendala modal usaha pada tahun 1972 akibat kebijakan devaluasi yang ditetapkan Pemerintah Indonesia. Di momen inilah, pebisnis Julius Tahija yang disebut ikut mendirikan Bank Niaga dengan kemitraan bersama Soedarpo Sastrosatomo, mengambil alih kepemilikan Bank Niaga.

Di tahun 1973, Bank Niaga melakukan merger dengan Bank Agung serta berhasil mendapat izin sebagai bank devisa pada 22 November 1974. Sebutan Bank Pribumi sempat diberikan kepada Bank Niaga di tahun 70-an berkat banyaknya uang masyarakat Jakarta yang masuk ke bank ini. Bank Niaga kembali lakukan merger dengan Bank Tabungan Bandung di tahun 1978.

Langkah besar lainnya yang diambil Bank Niaga adalah melakukan merger dengan Bank Amerta yang punya aset lebih besar di tahun 1983. Di tahun 1984, Bank Niaga menjadi bank Indonesia pertama yang punya cabang di Los Angeles, Amerika Serikat. Tidak berhenti di sana, Bank Niaga kembali mencatatkan sejarah sebagai bank lokal pertama yang memperkenalkan layanan perbankan melalui mesin Automatic Teller Machine (ATM) di Indonesia pada tahun 1987.

Pada 29 November 1989, Bank Niaga resmi mencatatkan sahamnya di PT Bursa Efek Indonesia (dahulu PT Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya). Pada tahun 1991, bank ini menjadi bank pertama yang memberikan layanan perbankan online.

Di tahun 1997, kepemilikan Bank Niaga berganti ke Hashim Djojohadikusumo yang membeli 40% kepemilikan saham keluarga Tahija. Meski dinilai kuat menghadapi krisis tahun 1998, Bank Niaga berada di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) di tahun 1999. Alasannya, dana pemegang saham untuk rekapitalisasi kurang dari 20% seperti yang disyaratkan saat krisis moneter melanda.

Transformasi CIMB Niaga

Baru di tahun 2002, CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group) yang dulunya bernama Commerce Asset Holding Berhad mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari BPPN. Di sisi lain, Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group mengakuisisi kepemilikan mayoritas Lippo Bank pada tanggal 30 September 2005.

Di tahun 2007, Khazanah-pemilik saham pengendali dari CIMB Niaga (melalui CIMB Group) dan Lippo Bank menempuh langkah penggabungan usaha (merger) untuk mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Di bulan Mei 2008, sebelum resmi bergabung, nama PT Bank Niaga Tbk berubah menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Sementara itu, penggabungan Lippo Bank ke dalam CIMB Niaga resmi terjadi pada 15 Oktober 2008. Berkat penggabungan tersebut, CIMB Niaga menjadi bank terbesar kelima di Indonesia saat itu.

Hingga saat ini, CIMB Niaga terus beroperasi dan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia. Bank ini juga telah menjalankan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah sejak tahun 2004. Sampai dengan tahun buku 2024, mengutip laman resminya, CIMB Niaga menjadi bank swasta terbesar kedua di Indonesia berdasarkan total aset dan Unit Usaha Syariah (UUS) terbesar di Indonesia dengan memiliki 407 jaringan kantor cabang termasuk Cabang Syariah, Digital Lounge, Kas Mobil, dan Kiosk, 2.282 unit ATM, 6 unit Multi Denom Machine (MDM) dan 997 unit Cash Recycle Machine (CRM), serta 11.063 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.