Di tengah tahun yang penuh gejolak, daftar 50 Orang Terkaya Indonesia 2025 justru mencatatkan rekor baru. Lonjakan pasar saham mendorong total kekayaan kolektif para miliarder Indonesia naik tajam menjadi US$306 miliar, dari US$263 miliar pada tahun sebelumnya.
Indeks saham acuan Indonesia melonjak 17% sepanjang tahun, mencerminkan optimisme investor meski dibayangi ketidakpastian global. Untuk menjaga daya tarik pasar modal, regulator keuangan Indonesia bahkan berencana menaikkan persyaratan minimum free-float perusahaan tercatat secara bertahap menjadi 25%, dari sebelumnya 7,5%.
Posisi orang terkaya Indonesia tetap dikuasai oleh R. Budi Hartono dan Michael Hartono, yang telah bertahan di peringkat pertama selama lebih dari satu dekade. Namun, tahun ini mereka juga mencatat penurunan kekayaan terbesar secara nominal.
Kekayaan bersih gabungan Hartono bersaudara turun US$6,5 miliar menjadi US$43,8 miliar, seiring melemahnya saham Bank Central Asia (BCA), aset utama mereka, yang terkoreksi 15%. Kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian kebijakan moneter dan fiskal menjadi salah satu faktor penekan sektor perbankan.
Sementara itu, di peringkat kedua, Prajogo Pangestu tetap bertahan dengan performa impresif. Miliarder petrokimia dan energi ini berhasil meningkatkan kekayaannya 23% menjadi US$39,8 miliar.
Kenaikan tersebut didorong oleh keberhasilan IPO Chandra Daya Investasi pada Juli lalu, anak usaha infrastruktur dari Chandra Asri Pacific, yang memberinya tambahan lebih dari US$140 juta.
Sorotan tahun ini jatuh pada keluarga Widjaja, yang mencatat kenaikan kekayaan terbesar secara absolut. Kekayaan mereka melonjak US$9,4 miliar menjadi US$28,3 miliar, mengangkat mereka satu peringkat ke posisi ke-3.
Pendorong utama kenaikan ini adalah lonjakan saham Dian Swastatika Sentosa, perusahaan andalan di sektor infrastruktur dan energi, yang nilainya lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ekspansi agresif ke energi terbarukan turut memperkuat sentimen positif, termasuk peresmian pabrik panel surya terbesar di Indonesia berkapasitas hingga 1 gigawatt pada Juni lalu, hasil kerja sama dengan PLN Indonesia Power Renewables dan Trina Solar dari Tiongkok.
Sebaliknya, Low Tuck Kwong, yang tahun lalu berada di peringkat ketiga, turun ke posisi keempat. Kekayaannya menyusut US$2,1 miliar menjadi US$24,9 miliar.
Saham Bayan Resources, perusahaan batubara miliknya, tertekan akibat penurunan laba bersih sebesar 16% menjadi US$534 juta dalam sembilan bulan hingga September. Harga batubara yang lebih lemah dan biaya operasional yang meningkat menjadi faktor utama penurunan kinerja.
Kemudian, dua nama lama kembali ke dalam daftar, salah satunya Eddy Kusnadi Sariaatmadja, taipan media pemilik Elang Mahkota Teknologi (Emtek). Saham Emtek hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu, sebagian besar dipicu antisipasi investor terhadap IPO Super Bank Indonesia yang telah lama dinanti dan dijadwalkan pada Desember, di mana Emtek menggenggam sekitar sepertiga saham.
Sementara itu, Hartati Murdaya menjadi wajah baru dalam daftar tahun ini. Direktur utama Central Cipta Murdaya tersebut menggantikan mendiang suaminya, Murdaya Poo, yang wafat pada April lalu di usia 84 tahun.
Baca Juga: 10 Keluarga Terkaya di Dunia Tahun 2025