Impian yang Tak Terbendung

Kegelisahan Ciputra mencapai puncaknya ketika berbagai media massa banyak memuat artikel atau pemberitaan mengenai masalah tata kota atau rencana pembangunan di berbagai daerah di Indonesia. Jakarta menjadi perhatiannya paling besar. 

Pemerintah memiliki harapan besar untuk bisa segera membenahi Jakarta menjadi buletin yang cantik dan modern, penuh dengan fasilitas umum yang berkondisi baik. Seharusnya di sanalah tangannya bekerja, bersama dua sahabatnya menangani proyek yang besar, yang berdampak pada perubahan wajah kota. 

“Bukan proyek kecil-kecil rumah demi rumah. Kapasitas ilmu kami seharusnya sudah bisa digunakan untuk skala yang lebih luas. Kami bisa berkontribusi dalam pergerakan aktif pembangunan Indonesia,” katanya.

Apalagi, Ciputra begitu ingin berada di jalur semangat Bung Karno, yakni membangun kota, membangun negeri, membangun Indonesia. Ia terus berpikir keras, merenungi kegelisahan yang mengisi pikirannya. Dalam diam, ia menatap dirinya sendiri. Siapa sebenarnya dirinya? Apa yang sudah mampu ia lakukan?

Jika pertanyaan itu hanya mengukur keadaan materi, jawabannya jelas, ia bukan siapa-siapa. Ia hanyalah seorang ayah dan suami yang rumahnya masih mengontrak dan tabungannya pun tak seberapa. Di tengah belantara cita-cita yang begitu besar, ia bertanya, dari mana ia akan punya modal untuk bergerak?

Baca Juga: Dari Garasi Sunyi ke Proyek Bergengsi: Lika-liku Perjuangan Awal Karier Ir. Ciputra yang Menginspirasi

Namun, di tengah kegamangan itu, Ciputra menyadari satu hal, mentalnya. Ia laki-laki yang sudah berkali-kali menciptakan keajaiban dalam hidup. Dari seorang bocah miskin yang hidup di dusun terpencil, hingga berhasil menembus Gorontalo dan Manado untuk sekolah. Ia juga pernah menjadi pelari juara, menyeberangi lautan, hingga akhirnya berkuliah di Bandung, di kampus bergengsi. Ia bahkan sudah mengerjakan proyek.

Mungkin bagi orang lain, perjalanan itu biasa saja. Tapi baginya, semua itu adalah keajaiban. Sebab jika dulu ia tak menyalakan api keberanian untuk mengejar impian, mungkin ia hanya akan tetap menjadi anak muda bertelanjang kaki yang berlari di hutan berburu babi.

“Saya sadari bahwa hal itu terjadi karena ada semangat hebat di diri saya. Semangat yang membuat yang tak mungkin menjadi mungkin! Ada modal yang tidak terlihat namun memiliki kekuatan. Itulah mimpi yang membahana,” kata Ciputra.

“The power of dream! Dan diri saya adalah pengejar mimpi. Pengejar yang pantang menyerah. Seperti dua kaki saya yang berlari dan tak mau berhenti sebelum mencapai titik pemberhentian yang saya tuju. Jadi, mimpi yang bisa menjadi seseorang yang sukses di ranah proyek pembangunan tak perlu membuat saya merasa kecil. Tidak perlu. Yang penting saya memikirkan langkah-langkahnya,” sambungnya.