Khayalan Bangun Banyak Rumah
Saat-saat itulah Ciputra sering berkeliling Bandung–Jakarta dengan motornya. Di sepanjang perjalanan, ia banyak merenung. Ia memikirkan betapa indah kedua kota ini di matanya, betapa luas lahan yang masih tersedia, dan betapa cepatnya jumlah penduduk terus bertambah di kota-kota besar. Satu hal yang pasti, semua orang di dua kota ini membutuhkan rumah, tak bisa disangkal lagi.
Dalam renungannya, imajinasi Ciputra bermain. Melihat banyak lahan-lahan kosong yang diwarnai tanaman atau perdu, ia membayangkan bilamana bisa menyulap lahan dengan alang-alang liar itu menjadi pemukiman yang bagus.
“Ada jalan yang mulus. Rumah-rumah bergaya modern dan menawan. Kompleks permukiman itu juga dilengkapi dengan berbagai sarana kehidupan seperti sekolah dan rumah sakit. Dan tentu saja saya akan menciptakan lingkungan outdoor yang cantik dan menyenangkan sebagai kawasan rumah tinggal. Ah. Dan orang-orang kemudian berduyun-duyun membeli rumah-rumah yang siap pakai,” cerita Ciputra.
“Mereka akan sangat bahagia karena dari masa ke masa, rumah yang mereka tinggali nilainya akan semakin tinggi. Sebuah investasi yang sangat bagus. Kawasan yang semula hanya berupa sudut tak berbentuk menjelma menjadi sebuah kawasan permukiman yang sangat hidup dengan denyut ekonomi yang juga menggembirakan,” tambahnya.
Baru membayangkan saja sudah membuat Ciputra senang bukan kepalang. Betapa indahnya bila ia bisa merealisasikan impiannya. Sebagai pelaksana proyek, pasti ia akan disibukkan dengan penyelesaian puluhan atau bahkan ratusan rumah yang sesuai dengan idealismenya. Bukan menunggu satu demi satu proyek rumah dan harus "mengabdi" pada pemilik rumah atau bangunan.
“Seharusnya kami bisa merdeka berkarya dengan ilmu yang kami miliki. Tentu saja berkarya sebaik mungkin demi besarnya manfaat dan kenyamanan bagi pembeli bangunan,” tuturya.
Baca Juga: Bandung, Dee, dan Pernikahan Tanpa Pesta: Romansa Ir. Ciputra yang Tak Banyak Diketahui
Acap kali Ciputra menatap pasar-pasar yang becek dan buruk rupa. Banyak sekali bangunan atau area yang berkaitan dengan kepentingan publik yang perlu direnovasi atau dipugar. Sudah tak layak lagi kondisinya dan merusak pemandangan kota.
Lagi-lagi, imajinasinya berkelana. Ia membayangkan, alangkah indahnya jika pusat-pusat perdagangan yang tampak semrawut itu bisa dibenahi, sehingga tak hanya sedap dipandang, tapi juga memberi manfaat yang lebih besar.
“Pikiran saya terus berputar. Jika itu yang saya lakukan, maka apa namanya saya? Kontraktor? Bukan. Arsitek? Bukan juga. Lalu apa. Sebuah kata muncul di benak. Developer. Pengembang. Ya, jika saya bisa merealisasikan itu, menyulap sebuah kawasan terbengkalai menjadi suatu kompleks besar permukiman yang bercahaya, maka saya adalah pengembang. Karena saya telah mengubah wajah suatu kawasan dan membuatnya memiliki nilai ekonomi yang terus berkembang,” akunya.
Impian Ciputra terus membuncah. Hampir setiap malam, pikirannya dipenuhi khayalan indah yang tak kunjung berhenti. Ia membayangkan suatu hari mendapat kesempatan mengerjakan proyek besar di kawasan maha luas seperti Bandung atau Jakarta.
Tanah yang oleh banyak orang disebut sebagai area "jin buang anak" dibayangkannya akan disulap menjadi kota kecil yang gemilang. Deretan rumah bagus, kehidupan yang hangat dan ramai, pusat globalisasi modern, sekolah berkualitas, hingga rumah sakit terbaik — semua hadir dalam benaknya. Pikirannya tak henti membayangkan rupa dan bentuk rumah-rumah impian itu.