Tech in Asia Conference 2025 dengan dukungan dari The Business Times kembali digelar untuk edisi ke-14 pada 22-23 Oktober 2025 di Jakarta. Bertempat di The Ritz-Carlton Jakarta, konferensi tahun ini mengusung tema “Defy Expectations" yang menyoroti skala dan ketangguhan ekosistem berbasis teknologi di kawasan ini.

Meutya Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Republik Indonesia, menekankan bahwa sebagai negara dengan ekonomi digital di kawasan ASEAN, ekosistem startup di Indonesia dinilai masih menjanjikan. Ada lebih dari 3.000 startup hingga pertengahan tahun ini dengan catatan Gross Merchandise Value (GMV) hingga US$90 miliar atau sekitar Rp1.420 triliun pada tahun 2024.

Baca Juga: Inovasi dari Pesisir, Pelindo Dorong Startup Hadirkan Solusi Berkelanjutan

"Salah satu sektor yang menunjukkan pertumbuhan signifikan adalah kecerdasan buatan (AI) yang kini semakin banyak diadopsi di berbagai industri, mulai dari logistik hingga sektor kreatif. Pertumbuhan ini perlu dikelola dengan baik agar startup tidak hanya mampu menjawab berbagai tantangan, tetapi juga tetap berkelanjutan dari sisi bisnis," ujar Meutya saat ditemui di ajang Tech in Asia Conference 2025.

Konferensi tahun ini menghadirkan sejumlah segmen utama seperti Startup Arena, Unconference dan Connection Hub — platform yang dirancang untuk mendorong kolaborasi dan membuka peluang kemitraan antara startup, investor, serta para pemangku kepentingan ekosistem. Selama dua hari penyelenggaraan, acara ini menampilkan lebih dari 50 pembicara ternama yang terdiri dari investor, pendiri startup, hingga para pemimpin ekosistem yang akan berbagi wawasan berharga melalui berbagai sesi diskusi panel interaktif.

“Sesuai tema tahun ini, yakni Defy Expectation, yang mencerminkan lebih dari sekadar optimisme, ini adalah komitmen kami untuk terus hadir mendukung para founder di masa-masa sulit,” ujar Maria Li, Chief Operating Officer Tech in Asia. “Selain menjadi platform untuk koneksi, pendampingan, dan pendanaan, kami juga berfokus pada membangun kembali kepercayaan serta memperkuat ekosistem yang mendorong lahirnya generasi startup berikutnya di Indonesia dan Asia Tenggara.”

Seiring waktu, topik yang disorot dalam ekosistem startup terus berkembang, mulai dari pendanaan dan profitabilitas, produk yang dihasilkan harus senantiasa market-fit dengan perubahan yang cepat, hingga kepatuhan dalam manajemen startup, transparansi dan kredibilitas dalam sebuah startup. Topik dan sektor terkait kecerdasan buatan atau AI, cukup mendominasi konferensi yang tahun ini diselenggarakan bekerja sama dengan The Business Times, media bisnis terkemuka dari Singapura.

Ajang ini, turut menghadirkan peluncuran The Business Times Global, produk berita regional yang membantu pembaca memahami Asia dengan perspektif global. Inisiatif ini bertujuan menyajikan berita penting tentang tren dan peluang sekaligus membangun jembatan di kawasan Asia Tenggara.

“Kami yakin gelombang adopsi kecerdasan buatan atau AI akan terus berkembang dan akan menjadi sesuatu yang besar di kawasan ini. Contohnya sudah banyak startup yang membantu meningkatkan produktivitas perusahaan melalui AI, hingga bagaimana penerapan AI beserta etikanya, keamanan siber, maupun infrastruktur AI dan data yang akan semakin marak digunakan kedepannya,” tambah Maria. 

Optimisme nampak dari pelaku ekosistem startup di Asia Tenggara, terutama empat negara yang menjadi lokasi teratas survey (Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina) untuk laporan Tech in Asia report 2025. Sinyal kebangkitan pertama ditunjukan oleh 76% responden yang menjawab optimis akan industri startup sepanjang tahun 2025 dengan 59% pelaku startup mengakui sudah meraup profit di tahun 2025 ini.

Sementara dari sisi pendanaan, pada Q2 2025, hanya tercatat 68 putaran pendanaan dengan total US$1,2 juta di Asia Tenggara. Meski demikian, 39,6% founder masih berencana mencari pendanaan tahun ini, sedangkan 18,8% menyatakan tidak. Hal ini menunjukkan para founder masih terbuka atau didorong akan kebutuhan untuk tetap mencari pendanaan di 2025. Hal ini mencerminkan kesiapan baru ekosistem startup di Asia Tenggara untuk bangkit dan menghadapi tantangan di masa depan.