3. Transformasi bahan baku produksi sebagai solusi hijau
PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi telah mengurangi penggunaan klinker dalam produksi semen menjadi kurang dari 75% dan meningkatkan penggunaan bahan baku alternatif. Selain itu, perusahaan telah memasang panel surya yang memproduksi 2.000 megawatt-jam energi per tahun. Langkah-langkah ini mendukung upaya berkelanjutan untuk mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
4. Transformasi sosial untuk mengurangi kesenjangan
Pelaku industri perlu memandang masyarakat sebagai mitra untuk bertumbuh dengan mengintegrasikan hak-hak dan kebutuhan mereka dengan kegiatan bisnis perusahaan. Salah satu bentuk inisiatifnya, SCG meluncurkan program pemberdayaan masyarakat, Gesari (Gerakan Desa Berdikari), yang telah memberdayakan lebih dari 78 usaha kecil dan menengah dengan lebih dari 680 penerima manfaat sejak 2019.
Baca Juga: Menuju Target 100 Gerai di 2030, SCG Buka Gerai ke-50 Mitra10 di Depok
SCG juga konsisten menyelenggarakan program beasiswa pendidikan, SCG Sharing the Dream, sejak tahun 2012 yang telah memberikan manfaat bagi 4.460 pelajar di Indonesia. Melalui dua bidang strategis ekonomi lokal dan pendidikan, pelaku industri dapat turut mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat.
5. Transformasi nilai melalui promosi inklusivitas dan kolaborasi
Untuk menciptakan transformasi, kolaborasi antarsektor perlu ditingkatkan. SCG telah menjalin kerja sama dengan pemerintah, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya. Salah satu inovasi penting adalah proyek Reinvented Toilet di Pasirluyu, Bandung, yang mengubah toilet komunal lama menjadi sistem baru yang dapat mendaur ulang air limbah, memberikan manfaat bagi lebih dari 150 anggota komunitas.
SCG juga menyelenggarakan ESG Symposium, konferensi ESG kolaboratif tahunan sejak 2020, yang menyatukan pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, akademisi, aktivis, inovator, dan komunitas; bersama membagikan pengalaman dan merumuskan visi untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Tahun ini, ESG Symposium akan kembali digelar pada November 2024.
Dino Patti Djalal, Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), menegaskan, fenomena perubahan iklim merupakan musuh yang harus diperangi bersama. "Kita semua telah menjadi pelaku emisi, maka kita saling terkait dalam hal ini. Di sisi lain, intensitas akibat perubahan iklim makin tinggi. Carbon budget kita tinggal US$250 miliar dari US$750 miliar untuk menjaga kenaikan suhu di 1,5 derajat. Kali ini kita harus punya target dan bergerak progresif untuk menentukan target perubahan iklim di Indonesia. Indonesia sudah berhasil mengurangi deforestasi sebanyak 85% beberapa tahun lalu. There is a climate hero in each of us. We must win this war together," tegasnya.