Pencegahan

Dikatakan Prof. Rina, imunisasi pasif perlu diberikan beberapa kali, tergantung panduan, seperti 3–5 dosis. Namun kata dia, ada juga penelitian yang menyebut cukup satu kali, tetapi produk tersebut belum tersedia di Indonesia.

Lebih lanjut, Prof. Rina juga menyoroti faktor ibu sebagai kunci pencegahan prematuritas.

“Saya pernah ditanya, gimana menurunkan angka prematur? Ibunya diberesin. Saat si ibu itu remaja, gizinya dibenerin. Di Jakarta, 71 persen ibu hamil overweight. Kebanyakan karbohidrat dan lemak, proteinnya kurang,” jelasnya.

Gizi buruk maupun gizi berlebih, kata dia, sama-sama meningkatkan risiko persalinan prematur.

Dikatakan Prof. Rina, dengan 14 juta bayi prematur dalam 20 tahun ke depan, Indonesia menghadapi tantangan besar.

“Mau dibiarin mati saja? Masa begitu. Banyak ibu menunggu 15 tahun untuk dapat anak yang akhirnya lahir prematur. Kalau kena RSV dan sakit berat, apa nggak nyesek?,” tegas Prof. Rina.

Karena itu, kata prof. Rina, langkah pencegahan harus diperkuat, seperti menjaga kesehatan ibu, memastikan perawatan prematur yang tepat, serta mempertimbangkan akses imunisasi RSV bagi kelompok berisiko.

“Mudah-mudahan nanti ada jalan keluar supaya bayi yang susah bayar bisa kita kasih hidup,” tutupnya.

Baca Juga: Amankah Bayi Usia di bawah 6 Bulan Diberi Minum Air Putih? Begini Penjelasan Dokter