Dalam dunia yang dipenuhi oleh sorotan media sosial dan pencitraan kesuksesan instan, pernyataan reflektif dari Armand Hartono, Wakil Presiden Direktur BCA, hadir sebagai nafas segar.

Dalam sebuah kesempatan, pria kelahiran Semarang, 20 Mei 1975 itu tidak berbicara soal grafik pertumbuhan, pencapaian karier, atau strategi bisnis yang mulus. Namun, ia bercerita tentang jatuh bangun, kegagalan, dan realitas yang tak selalu Instagrammable.

“Pak, tujuan hidup bagaimana? Saya coba segala macam ya, saya dulu kuliah di Amerika, pernah ke China, Singapore, Hong Kong,” papar Armand Hartono, dalam sebuah video yang dikutip Olenka, Selasa (3/5/2025).

Armand melanjutkan, saat sang ayah membuka pabrik di Brazil, dirinya pun ikut serta.

“Terus papa membuka pabrik di Brazil, saya ke Brazil,” ujarnya.

Tapi kata Armand, dari situlah proses belajar dimulai. Yakni, belajar untuk bertahan di situasi yang tidak ideal, belajar untuk beradaptasi dalam kekacauan, dan yang terpenting adalah belajar untuk melanjutkan perjalanan meski tak semuanya bisa dimengerti

“Ya gak kebayang sih, awal-awalnya kok bisa sampai ke sana ya, nyasar ke Brazil. Emangnya lo bisa bahasa Portugis? Enggak. Emangnya orang Brazil bisa bahasa Inggris? Enggak. Dia gak ngerti, saya gak ngerti, udah ngomongnya pakai bahasa apa aja juga sama aja kan, gak beda,” bebernya.

Baca Juga: Ijazah Saja Gak Cukup, Ini Pesan Armand Hartono untuk Anak Muda

Lebih lanjut, Armand pun mengatakan bahwa kariernya di BCA bukan tanpa kegagalan. Ia menceritakan bagaimana ia memulai lini bisnis remitansi dan membuka 12 cabang di Malaysia. Dikatakannya, semuanya tampak menjanjikan, sampai akhirnya bisnisnya itu mengalami kerugian dan harus ditutup.

“Saya bangun bisnis, remittance, udah buka 12 capang di Malaysia, saya lagi planning, eh udah jalan ternyata rugi, akhirnya harus tutup. Kesel gak? Ya kesel. Itu akan kejadian terus, ke siapapun juga,” tukasnya.

Namun, di sinilah letak kekuatan dari cerita Armand, ia tidak menutupi kegagalannya. Ia justru memaparkannya sebagai bagian wajar dari proses. Pasalnya kata dia, dalam hidup, akan selalu ada yang tidak berjalan sesuai rencana. Bahkan bagi seorang pemimpin perusahaan besar sekalipun.

“Dan ketika kalian melihat orang lain, tolong jangan hanya ngirinya aja, ya kalian melihat ke kiri kanan ada orang yang hidupnya enak, kenapa? Karena saya tahu anak muda hari ini ngelihatnya Instagram, TikTok,” paparnya.

Armand menuturkan, yang lebih dalam dari sekadar cerita jatuh bangun bisnis adalah refleksi sosial yang ia sampaikan. Karenanya, ia pun mengingatkan generasi muda bahwa media sosial hanya menampilkan highlight kehidupan orang lain, bukan keseluruhan realitasnya.

“Kalau ngeliat Instagram, TikTok, ngelihatnya enak-enaknya doang. Itu hanya sebagian kecil, hanya beberapa detik dari kehidupannya. Semua orang pasti, pasti sama,” paparnya.

Lebih jauh, Armand Hartono pun mengajak kita untuk tidak terjebak dalam ilusi, untuk berani gagal, dan untuk terus mencoba meski rencana tak selalu berhasil. Menurutnya, hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang bersedia bangkit berkali-kali saat jatuh.

“Ada hidup, ada susah, ada gampang, ada enak, ada sedihnya. Semua orang sama,” tandasnya.

Baca Juga: Cara Elegan Armand Hartono Menggerakkan Tim Tanpa Perlu Marah