Terkait dengan sentimen yang turut muncul dari percakapan-percakapan digital saat berlangsungnya debat cawapres, Prabu menilai bahwa utamanya sentimen ini lahir dari fanbase-fanbase pendukung pasangan calon PIlpres 2024.
“Fanbase tentu akan memberikan sentimen positif apapun yang cawapresnya lakukan, sementara itu akan memberikan sentimen negatif pada cawapres kompetitornya” jelas Prabu sambil menggarisbawahi bahwa sentimen digital sulit untuk dijadikan sebagai sentimen publik secara keseluruhan.
Adapun sebagai penutup, Prabu menjelaskan selain volume percakapan ada parameter yang bisa digunakan untuk melihat bagaimana popularitas cawapres di media sosial. Misalnya dari jumlah likes, comment, engagement, maupun reach dari data yang tersedia.
Berdasarkan performa digital pada malam pelaksanaan debat cawapres tersebut, parameter-parameter yang disebutkan oleh Prabu, menunjukkan bahwa Gibran Rakabuming Raka memenangkan seluruh parameter tersebut.
Selain informasi yang disampaikan Prabu, jika merujuk ke sumber data lain, berdasarkan riset yang diadakan oleh Pew Research Center terkait percakapan di media sosial maupun pemberitaan digital (media baru), hal ini dapat diasumsikan terdiri dari berbagai macam hal perilaku masyarakat digital.
Layaknya sebuah percakapan sehari-hari, masyarakat merespon sebuah fenomena yang terdiri dari sebuah aksi, reaksi, maupun hanya sebatas untuk konsumsi informasi.
Terkait dengan tinggi-rendahnya suatu percakapan di dunia digital, dalam hal ini ketika berbicara sebuah tokoh, maka dapat diukur seberapa jauh popularitas dari tokoh tersebut di dunia digital.