Apa Itu Susu Ikan?
Susu ikan, produk olahan berbasis ekstrak ikan, menawarkan alternatif nutrisi yang berbeda dari susu mamalia seperti sapi. Produk ini kaya akan protein serta mengandung berbagai nutrisi penting seperti omega-3, vitamin, dan mineral. Susu ikan dianggap sebagai pilihan yang signifikan untuk kesehatan dan berpotensi menjadi solusi bagi mereka yang alergi terhadap susu sapi atau mencari sumber protein yang lebih berkelanjutan.
Penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menunjukkan bahwa susu ikan memiliki komposisi gizi yang mirip dengan susu sapi, tetapi dengan kandungan asam lemak omega-3 yang lebih tinggi. Asam lemak ini penting untuk perkembangan otak dan kesehatan jantung.
Mengutip dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), bersama Kementerian Koperasi UKM (Kemenkop UKM) meluncurkan Susu Ikan sebagai bagian dari upaya mendorong hilirisasi produk perikanan.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, yang hadir secara daring pada peluncuran Susu Ikan di Indramayu, menyatakan bahwa produk tersebut penting untuk mendorong hilirisasi perikanan serta meningkatkan daya saing produk perikanan di pasar domestik dan global.
Ia menyebutkan bahwa Susu Ikan diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk, sesuai dengan program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Trenggono juga menegaskan bahwa Susu Ikan merupakan langkah penting untuk memastikan kekayaan sumber daya perikanan dapat dinikmati oleh masyarakat saat ini maupun generasi mendatang.
Produk inovatif ini menggunakan bahan baku ikan yang diolah dengan teknologi terkini sehingga menghasilkan hidrolisat protein ikan (HPI), bahan baku susu ikan.HPI adalah produk inovasi dari UMKM Berikan Bahari Indonesia, yang dibina oleh KKP.
Proses Pembuatan Susu Ikan
Berikut tahapan umum untuk membuat Susu Ikan
1. Pemilihan ikan
Langkah pertama dalam proses ini adalah memilih ikan yang sesuai. Biasanya, ikan laut dengan kandungan protein tinggi seperti ikan kod atau ikan tenggiri digunakan karena kandungan asam lemak omega-3 yang juga tinggi. Selain itu, ikan laut cenderung memiliki nilai gizi yang lebih baik dalam hal vitamin dan mineral.
2. Ekstraksi protein
Setelah ikan dipilih, bagian daging ikan diambil untuk diekstraksi proteinnya. Proses ini melibatkan pemisahan daging dari tulang dan kulit, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan lebih lanjut untuk mendapatkan konsentrasi protein yang tinggi.
Proses ini juga bertujuan untuk mengurangi bau amis dan meningkatkan kestabilan protein selama proses pengolahan.
3. Pengolahan lebih lanjut
Protein ikan yang sudah diekstraksi kemudian diproses lebih lanjut dengan cara pencampuran dengan air, pengemulsi, dan bahan-bahan tambahan lainnya seperti perisa dan pengental. Proses ini dilakukan agar tekstur dan konsistensi susu ikan mendekati susu sapi.
Pengolahan dilakukan pada suhu tertentu untuk memastikan bahwa bakteri dan kontaminan lainnya dihilangkan, serta mempertahankan nutrisi yang ada dalam susu ikan.
4. Penyaringan dan sterilisasi
Setelah dicampur, susu ikan disaring untuk memastikan tidak ada partikel kasar yang tersisa. Selanjutnya, produk ini disterilkan menggunakan proses panas atau pasteurisasi agar aman dikonsumsi dan tahan lama.
5. Pengemasan
Susu ikan yang telah diproses kemudian dikemas dalam bentuk cair atau bubuk untuk dipasarkan. Kemasan juga didesain sedemikian rupa agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan tetap higienis.
Bisakah Jadi Alternatif Pengganti Susu Sapi?
Susu ikan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan susu sapi, seperti kandungan asam lemak omega-3 yang tidak terdapat dalam susu sapi. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah susu ikan dapat dianggap sebagai pengganti yang setara dengan susu sapi.
Menurut Dr. Yudi Prabowo, ahli nutrisi dari Institut Pertanian Bogor, "Secara nutrisi, susu ikan bisa menjadi pilihan alternatif yang baik. Meski demikian, penting untuk mempertimbangkan respons masyarakat dan risiko alergi, karena beberapa orang mungkin tidak terbiasa atau mengalami reaksi terhadap produk yang berbasis ikan."
Sementara itu, Tan Shot Yen, seorang dokter dan ahli gizi, menyatakan dalam wawancaranya dengan CNN Indonesia bahwa susu ikan merupakan produk olahan yang justru dapat menghilangkan nilai gizi utama. "Lebih baik makan ikannya langsung daripada membuat susu olahan dari ikan," jelasnya.
Dengan adanya berbagai pendapat yang beragam, penggunaan susu ikan dalam Program Makan Bergizi Gratis dianggap sebagai langkah inovatif yang berani. Namun, inovasi ini memerlukan kajian dan uji coba lebih lanjut untuk memastikan dampaknya yang diharapkan mampu memperbaiki kesehatan masyarakat serta mengatasi masalah kekurangan gizi di berbagai wilayah.
Kelebihan dan Kekurangan Susu Ikan
Kelebihan:
- Kaya Nutrisi: Susu ikan mengandung protein tinggi, vitamin D, dan asam lemak omega-3 yang bermanfaat untuk kesehatan.
- Sumber Alternatif: Dapat mengurangi ketergantungan pada susu sapi dan memanfaatkan sumber daya laut yang melimpah.
- Biaya: Potensi untuk mengurangi biaya produksi jika diterima dengan baik oleh pasar.
Kekurangan:
- Rasa dan Aroma: Beberapa orang mungkin tidak menyukai rasa atau aroma khas susu ikan, yang bisa menjadi hambatan dalam penerimaan luas.
- Alergi: Individu dengan alergi terhadap ikan mungkin tidak dapat mengonsumsi produk ini.
- Penerimaan Pasar: Adopsi pasar bisa lambat dan memerlukan edukasi serta pemasaran yang efektif.
Mengutip dari laman Antara, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari mengungkap, kelebihan susu ikan dibanding susu sapi biasa lantaran tidak mengandung alergen laktosa, sehingga aman bagi penderita lactose intolerant.
Selain itu, susu ikan dinilai memiliki kandungan senyawa-senyawa terurai seperti asam amino esensial dan nonesensial dan peptida yang memiliki fungsi kesehatan bagi tubuh seperti meningkatkan imun.
"Meskipun istilahnya kurang tepat, yaitu 'susu', namun menimbang dari manfaat kesehatan serta potensinya yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai negara maritim, produk ini dapat menjadi diversifikasi produk kaya protein pengganti susu sapi, mengingat ketersediaan susu sapi masih belum dapat dipenuhi secara mandiri di dalam negeri," imbuh Puji Lestari.