Biometrik Tepi (Edge)
Dengan pertumbuhan edge computing, pemrosesan biometrik berpindah dari server terpusat ke platform dalam gadget. Dengan begitu, kendala bandwith berkurang, kinerja meningkat, privasi menguat, dan autentikasi offline mungkin terjadi di berbagai daerah–menyesuaikan dengan kekuatan konektivitas setempat.
Berbagai perusahaan dalam negeri juga mengadopsi edge computing untuk proses biometrik. Sistem smart lock pada pengembangan properti sudah mengandalkan face recognition dan juga autentikasi sidik jari yang diproses secara lokal pada perangkat yang tersedia. Mal-mal juga merasakan manfaat analitik video berbasis face recognition untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan areanya.
Selain itu, Korps Lalu Lintas Polri (Korlantas Polri) telah memperkenalkan aplikasi teranyar untuk mengamankan jalan raya. Tilang elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) telah diterapkan pada kawasan-kawasan utama dengan mengintegrasikan teknologi face recognition. Semua ini dapat meningkatkan privasi pengguna dan menjamin privasi data biometrik mereka.
Data mereka dijamin tidak tersimpan di server terpusat sembari memungkinkan fungsionalitas offline ketika diakses internet yang terbatas.
Jadi, apa yang akan jadi tren di masa akan datang? Seiring dengan makin berkembangnya teknologi biometrik di Indonesia, pertumbuhan penggunaannya pada bidang e-governance, keamanan nasional, dan kesehatan pun akan makin terlihat signifikan. HID memprediksi adanya tren yang akan terus berkembang, seperti penggunaan AI pada biometrik, karena akan meningkatkan akurasi dan mendeteksi ancaman keamanan.
Ketika tren ini berkembang, biometrik memainkan peranan penting dalam membentuk lanskap digital bagi masa depan Indonesia. Secara keseluruhan, tren-tren ini diperkirakan akan tetap berkembang signifikan dan berkembang di tahun 2025. Hal ini didorong kebutuhan akan sistem keamanan yang lebih kuat, sistem operasional yang lebih efisien, dan meningkatkan pengalaman penggunanya.