Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Presiden terpilih Prabowo Subianto menggelar pertemuan tertutup secara beruntun dalam sepekan.
Pertemuan pertama dilakukan di Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK) pada Selasa (8/10/2024) lalu.
Pertemuan itu berlangsung 2,5 jam. Pihak istana menyebut pertemuan tertutup yang dikemas dalam acara makan malam itu membahas berbagai hal, salah satunya soal keberlanjutan.
Teranyar pertemuan tertutup kedua tokoh kembali digelar di kediaman Jokowi di Kota Solo. Pihak istana lagi-lagi mengeklaim itu hanya silaturahmi biasa sekaligus acara makan siang bersama.
Baca Juga: Wapres Ma’ruf: Semboyan Prabowo Itu Melanjutkan, Semoga Dia Tak Memulai dari Nol Lagi
Pertemuan yang digelar secara marathon jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih itu kemudian memunculkan berbagai analisa di tengah masyarakat.
Banyak yang berspekulasi bahwa pertemuan itu bukan sekedar silaturahmi atau hanya semata-mata makan bersama, ada agenda yang jauh lebih penting di balik itu semua.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, menyebut pertemuan Jokowi-Prabowo adalah hal wajar sebab mereka satu kubu, dia mengatakan, dua pertemuan tertutup kemungkinan besar membahas transisi pemerintahan. Mereka tak mau transisi pemerintahan berjalan tak sesuai rencana dan berantakan.
“Ya tentu menjaga pemerintahan agar transisi berjalan aman, damai, dan mulus itu menjadi penting," kata Ujang kepada wartawan Senin (14/10/2024).
Isu PDI Masuk Pemerintahan
Meski agenda utama dari dua pertemuan tertutup itu membahas transisi dan keberlanjutan, namun Ujang menyebut, pembahasan dalam pertemuan kedua tokoh itu bisa melebar ke hal lain, salah satu yang kemungkinan besar ikut dibahas adalah, isu gabungnya PDI Perjuangan ke pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Mayapada Hospital Nusantara di IKN
Isu ini menyeruak ke tengah publik setelah ramai wacana pertemuan Prabowo dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Kedua belah pihak sudah mengkonfirmasi hal itu, hanya saja mereka masih mencari waktu yang pas untuk menggelar pertemuan tersebut. Dimana pertemuan itu rencananya dihelat sebelum pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober 2024 mendatang.
Menurut Ujang, tak menutup kemungkinan kedua tokoh membahas hal ini, sebab jika PDI masuk ke Pemerintahan Prabowo-Gibran, maka peran Jokowi bisa makin terkikis.
“Kalau masuknya PDIP itu sama saja nanti peran pengaruh Jokowi. Tentu itu juga yang harus dibicarakan, seandainya PDIP jadi masuk pemerintahan prabowo," ujarnya.
Wacana Pelengseran Gibran
Selain membahas dua topik tersebut, Jokowi dan Prabowo kata Ujang juga kemungkinan besar membahas isu yang tak kalah seksi yakni upaya pelengseran Gibran sebagai wakil presiden.
Baca Juga: Prabowo-Jokowi Kembali Gelar Pertemuan Tertutup
Isu ini santer dalam beberapa pekan terakhir, desas-desus pelengseran Gibran muncul setelah ramai pembahasan akun kaskus bernama fufufafa. Dimana akun ini menghina keluarga Prabowo secara membabi buta. Belakangan akun itu disebut-sebut milik Gibran.
"Itu kan perlu menjadi pembahasan juga dengan Prabowo. Apalagi ada isu-isu yang ingin melengserkan Gibran,” kata Ujang.
“Itu harus juga dibicarakan bersama agar transisi berjalan aman, damai dan juga untuk pemerintahan Prabowo-Gibran," tambahnya memungkasi.