Dalam beberapa tahun berikutnya, ekspansi bisnisnya terus berlanjut. Hashim tidak hanya aktif di sektor manufaktur dan keuangan, tetapi juga semakin dalam menancapkan pijakan di bidang sumber daya alam. 

Ia memperoleh konsesi lahan di berbagai daerah, termasuk Aceh Tengah, dan membangun jaringan usaha yang mencakup jutaan hektare, mulai dari hutan produksi dan perkebunan sawit, hingga tambang batu bara dan blok-blok eksplorasi migas.

Seiring berjalannya waktu, bisnis yang dijalani Hashim semakin mentereng. Mengutip CNBC Indonesia, usaha miliknya tidak hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke luar negeri. Ia diketahui juga terjun ke bisnis minyak sampai Kazakhstan. 

Bisnis Hashim cukup kuat. Ketika mertua dari abangnya, Soeharto lengser, Hashim masih tetap jaya. Bahkan, ayah tiga anak ini pernah berada di rangking 35 orang Indonesia terkaya dengan kekayaan 850 juta dolar AS versi majalah Forbes (2018).

Baca Juga: Mengenal Grup Arsari Milik Hashim Djojohadikusumo, Adik Prabowo Subianto

Semua usaha Hashim itu dinaungi Arsari Group, dari nama panggilan anak-anak Hashim. Mulai dari Aryo (Aryo Djojohadikusumo), Sara (Rahayu Saraswati Djojohadikusumo), dan Indra (Indra Djojohadikusumo). Arsari juga menjadi nama yayasan Hashim yang bergerak di bidang kebudayaan. 

Hashim juga terus menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian budaya dan lingkungan Indonesia melalui berbagai kegiatan filantropi. Salah satu fokusnya adalah konservasi satwa langka, seperti orangutan dan harimau Sumatra, yang menjadi simbol kekayaan hayati nusantara.

Selama lebih dari dua dekade, ia mendedikasikan waktunya untuk program-program sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan, kesejahteraan para pendidik, serta kesehatan anak-anak di berbagai daerah Indonesia. 

Lewat yayasan dan jaringan usahanya, Hashim berupaya menghadirkan dampak nyata, membuktikan bahwa kesuksesan bisnis bisa sejalan dengan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.