Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta masih terus berlangsung hingga kini. Paceklik BBM itu tak kunjung menemukan solusi.
Sebetulnya pihak SPBU swasta dan pemerintah sudah sampai pada satu kesepakatan yang diyakini bisa menyudahi krisis BBM ini.
Dimana pemerintah dan SPBU swasta dalam hal ini PT Vivo Energy Indonesia (Vivo), PT Aneka Petroindo Raya (APR) atau BP-AKR, dan PT AKR Corporindo sepakat untuk membeli BBM dari Pertamina, namun kesepakatan itu batal di tengah jalan lantaran produk yang dijual tidak sesuai kesepakatan. BBM Pertamina sudah dioplos Etanol 3,5 persen.
Baca Juga: Mengulik Fakta Shell Indonesia Melepas Bisnis SPBU
Kekinian PT Pertamina Patra Niaga memberi kabar terbaru mengenai progres kesepakatan tersebut, SPBU swasta diklaim belum benar-benar membatalkan pembelian itu. Mereka masih tertarik dan masih ingin bernegosiasi mengenai kesepakatan membeli base fuel atau BBM murni dari Pertamina itu.
Sebab pembelian dari Pertamina dirasa sebagai langkah yang paling rasional untuk menghadapi krisis BBM saat ini, setidaknya ini menjadi salah satu strategi jangka pendek Perseroan untuk menjaga eksistensi bisnis mereka.
"VIVO, APR, dan AKR sudah sepakat untuk menindaklanjuti pembicaraan lebih teknis dan tindak lanjut tahap selanjutnya," kata Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun Rabu (7/10/2025).
Apabila tak ada halangan yang merintangi kesepakatan tersebut dan pihak SPBU swasta mau membeli BBM murni dari Pertamina, maka pengiriman kargo base fuel tersebut akan dilakukan pada akhir Oktober 2025. Harapannya kesepakatan itu bisa menjadi jalan keluar atas masalah krisis BBM ini.
"Perlu ditekankan dan disepakati bahwa proses ini berjalan dengan kesepakatan dari 3 BU Swasta tersebut. Karena pengiriman kargo dalam satu pengadaan yang sama tidak terpisah pisah,” ujarnya.
“Kembali Pertamina menyampaikan bahwa dengan semangat kolaborasi berdasarkan niat baik untuk memberikan pelayanan pada masyarakat ini untuk disikapi dengan bijak dan positif, sesuai arahan dari Pemerintah," katanya lagi.
Apa Dampak Terhadap Bisnis Perseroan?
Paceklik BBM yang berkepanjangan jelas menjadi hambatan besar terhadap pertumbuhan bisnis perseroan. Pihak SPBU swasta memang belum secara resmi merilis dampak akibat badai kekeringan BBM ini, namun Pemerintah sudah mengendus sederet dampak dari kejadian ini.
Wakil Menteri Investasi Todotua Pasaribu mengatakan situasi ini berdampak terhadap ekspansi dan rencana bisnis jangka pendek beberapa perusahaan besar seperti Shell dan BP-AKR.
Sayangnya ia tak menjelaskan secara terperinci mengenai dampak yang bisnis yang dimaksud, tetapi di sisi lain ia meyakini pihak perseroan jelas sudah menyediakan langkah mitigasi baik itu jangka pendek maupun jangka menengah dan panjang.
“Memang ada dampak jangka pendek, tetapi perusahaan besar seperti Shell dan BP memiliki perencanaan jangka panjang. Mereka melihat ini sebagai penyesuaian sementara. Kami optimistis kondisi ke depan akan semakin baik ujar Todotua dalam konferensi pers di kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2025).
Todotua menambahkan, Kementerian Investasi akan terus berperan aktif dalam menjaga stabilitas investasi melalui pelayanan perizinan, pemberian insentif strategis, dan fasilitasi koordinasi antarinstansi. Pemerintah, kata dia, berkomitmen memastikan seluruh kebijakan yang diambil tetap mendukung kelangsungan investasi nasional.
Baca Juga: BBM Langka, Shell Indonesia Terpaksa Rumahkan Petugas SPBU
“Kami akan terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM, BPH Migas, dan pelaku usaha agar kebijakan yang dijalankan tetap selaras dan kondusif,” kata Todotua.