Perusahaan Bakrie Group sudah lama menjadi salah satu ikon konglomerasi besar di Indonesia. Dari pertambangan, agribisnis, properti, hingga industri kreatif, kiprah bisnis Bakrie Group begitu melekat di telinga masyarakat. Namun, di balik nama besar itu, ada sosok inspiratif yang merintisnya dari bawah, yakni Achmad Bakrie.

Pria kelahiran Kalianda, Lampung, pada 1 Juni 1916 ini dikenal sebagai pengusaha pribumi yang gigih dan visioner. Meski akses pendidikan terbatas pada masa kolonial, semangatnya dalam menuntut ilmu tak pernah padam.

Baca Juga: Mengenal Sosok dan Perjalanan Karier Aburizal Bakrie, Pengusaha hingga Politisi

Beberapa sumber menyebut Achmad hanya menamatkan pendidikan di Hollandsche Inlandsche School (HIS), setingkat Sekolah Dasar, namun ada juga yang mencatat ia lulus dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), setara SMP. Yang jelas, ketertarikannya pada dunia dagang membuatnya terus belajar, bahkan saat sudah bekerja.

Sebagai putra dari H. Oesman Batin Timbangan, Achmad muda sempat bekerja di NV Van Gorkom, perusahaan Belanda yang bergerak di perdagangan karet, lada, dan kopi. Dari sana ia menyerap ilmu, membangun relasi, dan memahami jalur distribusi komoditas. Namun, semangat mandiri membuatnya keluar pada 1941 dan memulai usaha sendiri.

Merintis Bakrie & Brothers dan Memperluas Bisnis

Dengan modal keberanian dan kerja keras, Achmad Bakrie mendirikan Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent pada 10 Februari 1942 di Teluk Betung, Lampung. Perusahaan ini berfokus pada perdagangan karet, lada, dan kopi.

Baca Juga: Jatuh Bangun Achmad Bakrie Bangun Bakrie Group, Tinggalkan Legacy bagi Anak-Cucu

Saat pendudukan Jepang, nama perusahaan sempat dipaksa berganti menjadi Jasuma Shokai karena dianggap berbau Barat. Demi kelangsungan usaha, ia memindahkan kantor ke Jakarta pada 1943, dan setelah Jepang kalah, nama Bakrie & Brothers kembali digunakan.

Tonggak penting tercapai pada 1952 ketika perusahaannya mulai merambah ekspor ke Singapura. Keberhasilan itu membuat Achmad Bakrie tercatat sebagai salah satu pengusaha pribumi pertama yang mampu masuk ke pasar internasional.

Semangat nasionalisme yang berkembang kala itu juga menjadi momentum besar. Ketika perusahaan asing mulai dipinggirkan, Bakrie mendapat kesempatan mengakuisisi pabrik baja milik Belanda serta memperoleh modal lewat Gerakan Banteng, program pemerintah untuk mendukung pengusaha lokal.

Baca Juga: Mengenal Sosok Anindya Bakrie, Pemimpin Generasi Ketiga Bakrie Group

Perluasan usaha terus berlanjut. Dari perdagangan, Bakrie merambah industri dengan mendirikan pabrik kawat, pipa baja, karet remah, hingga logam. Pada 1986, ia mencetak langkah besar dengan membeli Uniroyal Sumatera Plantations dari perusahaan Amerika Serikat dan mengubahnya menjadi Bakrie Sumatera Plantations.

Langkah ini menandai diversifikasi bisnis yang makin luas, hingga kemudian melahirkan PT Bakrie & Brothers Tbk, salah satu kelompok usaha terbesar di Indonesia.

Selain fokus pada bisnis, Achmad Bakrie juga memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan dan sosial. Pada 1981, ia mendirikan Yayasan Achmad Bakrie yang hingga kini konsisten memberikan beasiswa bagi siswa dan mahasiswa berprestasi namun kurang mampu. Prinsip hidupnya sederhana, yakni “Uang bukan tujuan hidup, melainkan sekadar alat untuk menyenangkan orang banyak.”

Warisan dan Penghargaan bagi Anak Bangsa

Achmad Bakrie wafat pada 15 Februari 1988 di Tokyo, meninggalkan warisan bisnis dan filosofi hidup yang kuat. Bersama istrinya, Roosniah Nasution, ia dikaruniai empat anak, Aburizal Bakrie, Roosmania Odi Bakrie, Nirwan D. Bakrie, dan Indra Usmansyah Bakrie.

Baca Juga: Kerajaan Bisnis Bakrie Group yang Kini Dipimpin Anindya Bakrie

Setelah kepergiannya, tongkat kepemimpinan bisnis diteruskan oleh Aburizal Bakrie, hingga kini memasuki generasi ketiga yang dipimpin Anindya Novyan Bakrie.

Pada 1989, PT Bakrie & Brothers Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Dari situ, jaringan bisnis Bakrie Group kian luas, merambah energi, properti, media, hingga infrastruktur. Pengaruh Achmad Bakrie pun melampaui bisnis, menjadikannya dijuluki “Bapak Perusahaan Nasional.”

Sebagai bentuk penghormatan, keluarga Bakrie menginisiasi Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) yang rutin digelar setiap tahun sejak 2003. Pada 2025, PAB memasuki edisi ke-21, menghadirkan penghargaan bagi lima tokoh Indonesia di berbagai bidang mulai dari pemikiran sosial, seni dan budaya, sains dan teknologi, kesehatan, hingga Lifetime Achievement Award. Filosofi Trimatra Bakrie: Keindonesiaan, Kemanfaatan, dan Kebersamaan, menjadi dasar ajang ini sekaligus cerminan nilai-nilai yang diwariskan Achmad Bakrie.

Warisan terbesarnya bukan hanya konglomerasi bisnis, tetapi juga pandangan hidup bahwa keberhasilan harus memberi manfaat bagi banyak orang. Dari sosok sederhana yang lahir di Lampung, Achmad Bakrie menjelma menjadi tokoh penting dalam sejarah dunia usaha Indonesia.