Salah satu cara yang ia tempuh untuk mewujudkan keinginan itu ialah dengan merekrut tenaga profesional asing. Dari inovasi inilah brand rokok A Mild dan Dji Sam Soe berkibar.

Berkah dari upayanya itu, HM Sampoerna kian bersinar. Namun keberhasilan itu tak lantas membuatnya berpuas diri.

Sukses Garap Bisnis di Luar HM Sampoerna

Keberhasilan besar di HM Sampoerna tak membuat Putera berdiam diri, ia terus bergerak lincah membangun bisnis-bisnis lainnya, salah satunya adalah perusahaan distribusi bernama PT Panamas. Perusahaan ini ia dirikan bareng Djoko Susanto. 

Putera yang saat itu sudah menjadi salah satu konglomerat di Indonesia mengempit 70 persen saham perusahaan. Sementara Djoko diberi 30 persen saham sisanya. Kerja sama Djoko dan Putera membuahkan hasil gemilang.

Baca Juga: PDI-P: Prabowo Tahu Berterima Kasih

Namun bukan Putra namanya jika harus berhenti, ia benar-benar membuktikan diri sebagai pembisnis ulung, ia kemudian melebarkan sayap ke bisnis supermarket dengan mengembangkan jaringan bisnis minimarket yang di kemudian hari terkenal menjadi cikal bakal lahirnya Alfamart ditengah kesibukannya menggarap Soempurna Bank.

Keputusan Mengejutkan

Namun di tengah keberhasilan itu, Putera mengambil keputusan mengejutkan bagi banyak pihak. Pada 2005, ia menjual 40 persen kepemilikan saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna ke Philip Moris International, produsen rokok asal Amerika Serikat yang memiliki keahlian memproduksi rokok putih, seperti Marlboro, Virginia, Slim dan Banson & Hedge.

Padahal saat itu, kinerja HM Sampoerna cukup baik. Pendapatan bersih perusahaan masih bisa tembus Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang pada 2004.

Tak hanya itu, HM Sampoerna juga menjadi penguasa 19,4 persen pangsa pasar rokok di Indonesia. Langkah penjualan itu juga sempat menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan terhadap masa depan keluarga Sampoerna.

Maklum, HM Sampoerna saat dijual merupakan sumber utama pendapatan keluarga Sampoerna. Belum jelas apa yang menjadi alasan Putera Sampoerna menjual HM Sampoerna.

Yang pasti setelah mengantongi dana segar US$2 miliar atau Rp18,5 triliun dari hasil penjualan saham itu, Putera dan keluarga Sampoerna kemudian mendirikan Sampoerna Strategic Group. Kelompok usaha inilah yang kemudian menjadi kendaraan investasi baru keluarga Sampoerna.

Melalui bendera kelompok usaha ini, mereka memiliki perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi bernama Ceria, perkebunan sawit yang bernama Sampoerna Agro, perkayuan yang bernama Samko Timber dan keuangan.