Nama Mu’min Ali Gunawan mungkin tak kerap menghiasi pemberitaan atau tampil di panggung publik. Namun, kontribusinya terhadap dunia keuangan Indonesia tak terbantahkan.

Ia adalah tokoh di balik berkembangnya Panin Bank menjadi salah satu bank swasta terbesar di Tanah Air, sekaligus arsitek dari ekspansi Panin Group ke sektor-sektor strategis seperti asuransi, sekuritas, dan pembiayaan.

Lahir di Ambulu, Jember, pada 12 Maret 1939 dengan nama Lie Mo Ming, Mu’min adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya, Lie A Mie, adalah seorang pedagang yang menanamkan nilai-nilai kerja keras dan kejujuran sejak dini.

Kehidupan keluarga yang sederhana membentuk karakter Mu’min menjadi pribadi yang rendah hati, penuh perhitungan, dan teguh dalam prinsip.

Bersama mendiang istrinya, Tjitrawati Gunadi, Mu’min dikaruniai empat anak, yakni Chandra R. Gunawan, Bhindawati Gunawan, Indawati Gunawan, dan Lionto Gunawan, yang menjadi penerus nilai dan etos kerja yang telah ia bangun.

Jejak Karier dari Pelayaran hingga Perbankan Nasional

Jauh sebelum namanya dikenal luas sebagai pendiri Panin Bank, siapa sangka ternyata perjalanan karier Mu’min dimulai dari sektor yang berbeda, yakni pelayaran. Pada tahun 1960, ia menjabat sebagai Direktur di Perusahaan Pelayaran Damai Jakarta, sebuah peran yang menjadi pijakan awalnya di dunia bisnis.

Perubahan besar dalam hidupnya terjadi pada tahun 1966 ketika ia memutuskan hijrah ke Jakarta mengikuti iparnya yang merupakan pendiri Lippo Group, Mochtar Riady, yang juga dikenal sebagai tokoh penting dalam industri keuangan Indonesia.

Bersama sang ipar, Mu’min membeli sebagian saham Bank Industri dan Dagang Indonesia (BIDI), sebuah bank yang saat itu sedang menghadapi tantangan likuiditas. Tak lama berselang, ia dipercaya untuk duduk sebagai direktur bank tersebut, menandai langkah pertamanya dalam industri perbankan.

Ambisinya dalam dunia finansial tak berhenti di situ. Ia kemudian mendirikan Bank Industri Djaya Indonesia di Surabaya bersama sejumlah kolega. Semangat membangun lembaga keuangan yang lebih besar dan solid akhirnya terwujud pada tahun 1971.

Saat itu, Mu’min menginisiasi penggabungan tiga bank, termasuk dua yang ia kelola, menjadi satu entitas baru bernama Pan Indonesia Bank atau yang lebih dikenal sebagai Panin Bank.

Ia pun menjabat sebagai direktur utama Panin Bank sejak pendiriannya hingga tahun 1978. Di bawah kepemimpinan Mu’min, Panin Bank mencatatkan prestasi monumental dengan menjadi bank pertama yang melantai di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1982.

Namun, tidak semua fase dalam kariernya berjalan mulus. Pada 1986, Panin Bank menghadapi penurunan kinerja yang cukup signifikan. Dalam situasi yang menantang tersebut, Mu’min memilih langkah bijak dengan mundur dari posisi eksekutif dan menyerahkan kepemimpinan kepada orang lain demi stabilitas perusahaan.

Menariknya, terdapat jeda informasi dalam riwayat kariernya antara tahun 1986 hingga 1989. Tidak diketahui secara pasti aktivitas profesional yang dijalani Mu’min pada periode tersebut. Namun yang jelas, pada tahun 1989, ia kembali muncul di panggung industri keuangan dan memperluas cakupan bisnis Panin Group ke berbagai lini keuangan lainnya.

Sejak 1991 juga, ia menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Panin Sekuritas Tbk. Di tahun 2000, ia mengambil peran serupa di PT Panin Dai-ichi Life, dan pada 2002, ia juga menjadi Presiden Komisaris PT Panin Financial Tbk.

Penghargaan yang Diraih

Dedikasi dan kontribusinya selama lebih dari lima dekade di industri keuangan mendapat pengakuan luas. Tahun 2020, ia dianugerahi penghargaan “Top 10 Most Outstanding People” oleh Majalah Infobank dan The Asian Post.

Dua tahun kemudian, ia menerima penghargaan “The Inspirational Legendary Banker” dari Majalah Infobank, sebagai bentuk apresiasi atas kiprahnya selama 57 tahun dalam membangun fondasi kuat bagi dunia perbankan nasional.

Di balik pencapaian besar tersebut, Mu’min tetap dikenal sebagai sosok yang low profile. Ia lebih memilih bekerja di balik layar, membiarkan hasil kerja dan dampaknya yang berbicara.

Mu’min Ali Gunawan adalah representasi nyata dari seorang pengusaha tangguh yang membangun segalanya dari nol, dengan fondasi kerja keras, integritas, dan pandangan jauh ke depan. Ia bukan sekadar tokoh bisnis, tetapi juga simbol ketekunan dan kontribusi nyata bagi kemajuan ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Sosok Mochtar Riady: Pendiri Lippo Group Sang Dokter Perbankan Indonesia

Kekayaan

Menurut publikasi dari Globe Asia pada tahun 2018, harta kekayaan Mu’min Ali Gunawan diperkirakan mencapai US$1,3 miliar. Angka ini menempatkannya di jajaran tokoh terkaya di Indonesia kala itu, mencerminkan keberhasilan jangka panjang yang ia raih melalui Panin Group, konglomerasi yang mencakup sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan sekuritas.

Meski tidak banyak muncul di hadapan publik, portofolio investasinya tetap menjadi sorotan. Salah satu aset utama yang diketahui publik adalah kepemilikan sahamnya di PT Bank Panin Tbk (PNBN).

Dikutip dari Inilahcom, berdasarkan data terakhir, Mu’min tercatat menguasai sekitar 38,82 persen saham perusahaan tersebut. Sebagai salah satu pemegang saham pengendali, perannya sangat vital dalam arah kebijakan dan strategi bisnis Panin Bank.

Hingga saat ini, belum tersedia informasi resmi terbaru mengenai total kekayaan Mu’min Ali Gunawan setelah 2018. Namun, mengingat nilai saham PNBN di pasar modal yang fluktuatif serta luasnya jangkauan bisnis Panin Group, besar kemungkinan nilai kekayaannya masih berada pada kisaran yang signifikan.

Estafet Kepemimpinan

Di usianya yang telah menginjak 90 tahun, Mu’min telah menyerahkan tongkat estafet pengelolaan bisnis kepada generasi penerusnya, yakni anak-anak dan cucunya yang kini aktif mengisi posisi strategis dalam Panin Group.

Dua putra Mu’min, yakni Chandra Rahardja Gunawan dan Lionto Gunawan, memegang peranan penting di tubuh Panin Bank (kode saham: PNBN).

Chandra menjabat sebagai Komisaris, mengawasi arah kebijakan dan menjaga tata kelola perusahaan. Sementara Lionto menduduki posisi Direktur, yang menandakan keterlibatannya langsung dalam operasional dan pengambilan keputusan strategis di salah satu bank swasta terbesar di Indonesia ini.

Tak hanya putra-putranya, Mu’min juga mempercayakan tanggung jawab besar kepada putrinya, Bhindawati Gunawan. Di Panin Financial Tbk (PNLF), perusahaan induk yang menaungi berbagai lini bisnis Panin Group, Bhindawati menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur. Posisi ini menempatkannya di jantung strategi korporasi grup, terutama dalam mengelola portofolio keuangan dan investasi jangka panjang.

Estafet kepemimpinan bahkan telah menjangkau generasi ketiga. Richard Budi Gunawan, cucu dari Mu’min, turut aktif dalam ekosistem Panin Group. Ia menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris di dua entitas penting, yaitu Panin Financial Tbk (PNLF) dan Panin Insurance Tbk (PNIN).

Peran Sentral dalam Perjodohan Antara Dato Sri Tahir dan Rosy Riady

Mu’min Ali Gunawan memainkan peran sentral dalam perjodohan antara Dato Sri Tahir dan Rosy Riady, putri sulung konglomerat Mochtar Riady. Sebagai ipar Mochtar Riady dan Direktur Bank Panin saat itu, Mu’min Ali dipercaya untuk mencari calon suami yang tepat bagi putri sulung sang taipan Lippo Group itu.

Saat Tahir masih menjadi mahasiswa di Nanyang Technological University, Singapura, ia tanpa sadar diawasi oleh orang suruhan Mu’min Ali. Pengamatan ini bertujuan untuk menilai karakter dan latar belakang Tahir. Setelah memperoleh informasi yang cukup, Mu’min Ali mengundang Tahir ke Jakarta untuk bertemu secara langsung.

Dalam pertemuan tersebut, Mu’min Ali mengungkapkan bahwa keluarga Mochtar Riady sedang mencari calon suami yang baik untuk Rosy Riady dan bahwa Tahir dianggap memenuhi kriteria tersebut. Mu’min Ali menekankan bahwa perjodohan ini telah disetujui oleh seluruh keluarga, termasuk Rosy sendiri.

Meskipun awalnya terkejut dan merasa minder karena latar belakangnya yang sederhana, Tahir akhirnya menerima perjodohan tersebut. Ia pun akhirnya menikah dengan Rosy Riady pada 23 Maret 1974, dan pernikahan ini menjadi titik balik penting dalam kehidupan pribadi dan karier Tahir.

Baca Juga: Mengenang Sosok Adyansyah Masrin, Pendiri PT Lautan Luas Tbk