Generasi Z atau populer dengan sebutan Gen Z merupakan generasi yang tumbuh di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Generasi yang lahir di rentang 1997 hingga 2012 itu diasuh oleh peradaban modern dengan berbagai kemajuan teknologi. Dibanding generasi pendahulunya, Gen Z dianggap paling melek teknologi.
Bahkan dalam budaya populer, Gen Z terkenal sebagai pendorong tren dan inovasi dalam hal media, gaya hidup, dan konsumsi. Mereka memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembentukan tren, dan mengubah cara perusahaan dan pemerintah berinteraksi dengan masyarakat.
Baca Juga: Mengulik Kelebihan Milenial: Generasi Kritis dan Multitasking yang Melek Teknologi
Kendati begitu, Gen Z bukanlah generasi paling unggul jika dibanding dengan generasi terdahulu. Gen Z juga masih punya segudang kekurangan.
Gangguan Mental dan FOMO
Gen Z disebut sebagai generasi yang paling banyak mengalami gangguan mental dan kesehatan fisik. Laporan BBC menyebut, ketahanan mental Gen Z jauh lebih ringkih dibanding para pendahulu mereka.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti ekspektasi sosial yang terlampau tinggi hingga kecanduan internet.
Ketergantungan pada teknologi digital ini yang kemudian memicu Gen Z menjadi generasi yang Fear of Missing Out alias FOMO. Mereka sangat ketakutan dianggap kurang pergaulan dan ketinggalan momen.
Berbagai sumber menyebut Gen Z bahkan punya rasa cemas berlebihan jika ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, atau hal lainnya.
Dampak buruk perkembangan teknologi lainnya yang menyasar Gen Z adalah tak cakap bersosialisasi, sebab waktu mereka habis untuk bermain media sosial.
Minim Literasi Keuangan
Gen Z merupakan generasi paling boros dan suka berfoya-foya, mereka minim literasi keuangan dan menerapkan gaya hidup konsumtif. Mereka senang mengoleksi barang-barang mewah yang dibeli tanpa pertimbangan yang bijak.
Hal ini berdampak buruk pada kondisi keuangan mereka di kemudian hari. Buntut dari gaya hidup hedon itu, Gen Z kerap kali dihadapkan pada masalah hutang dan tunggakan biaya pendidikan.
Gen Z menjadi generasi yang tidak memiliki rencana keuangan yang matang, mereka bahkan tak tahu persis pengeluaran dan pemasukan mereka dalam sebulan. Intinya catatan keuangan mereka amburadul yang bikin mereka sulit mencapai kestabilan finansial.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi carut marutnya catatan keuangan Gen Z, salah satunya karena mereka selalu merasa tak puas dan terus merasa kekurangan meskipun gaji sudah cukup besar.
Baca Juga: Data Pribadinya Diduga Diretas, Jokowi: Peristiwa Ini Juga Terjadi di Negara Lain
Keinginan untuk mengikuti tren gaya hidup terkini mendorong mereka untuk menghabiskan uang lebih banyak daripada yang dihasilkan. Akibatnya, pengeluaran tak terkendali dan kondisi keuangan menjadi tidak sehat.
Hal ini yang membuat Gen Z diprediksi sulit meraih tujuan jangka panjang seperti membeli rumah dan lain-lain.
Kutu Loncat
Parahnya lagi Gen Z kerap menjadi kutu loncat di dunia kerja, mereka hampir dipastikan tidak betah di satu tempat kerja mereka kerap berpindah-pindah kerja dengan alasan mencari upah yang cocok, sayangnya tuntutan upah yang tinggi tak dibarengi dengan etos kerja yang tinggi pula, bahkan tuntutan gaji selangit itu juga tidak disertai dengan kemampuan yang mumpuni.
Baca Juga: Pramono Anung: Saya Smart Kayak Mas Anies Dibanding Ahok
Dalam penelitian yang dilakukan Randstad Workmonitor pada 2022 dikutip dari A Job Thing, Gen Z bahkan memilih menganggur ketimbang bekerja tapi tidak bahagia. Disebutkan, mereka bahkan menolak pekerjaan yang tidak mereka sukai atau tidak sesuai dengan gaya hidup mereka kendati posisi mereka sedang tak bekerja.