Nama Basuki Tjahaja Purnama atau karib dikenal Ahok santer diperbincangkan masuk bursa partai untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024. Ahok disebut menjadi salah satu amunisi kuat PDIP.
Peluang Ahok terbilang besar untuk maju dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024. Pasalnya, dari beberapa survei, nama Ahok selalu menduduki posisi atas dalam bursa calon gubernur.
Bahkan, beberapa waktu lalu, ia secara gamblang juga mengatakan siap maju apabila ada rekomendasi partai.
Lantas, seperti apa kelanjutannya dan sebesar apa peluang Ahok untuk kembali memimpin Jakarta? Simak penjelasannya berikut ini:
Hasil Survei Litbang Kompas
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas baru-baru ini, Ahok berada di posisi kedua teratas dalam bursa calon gubernur.
Baca Juga: Soal Kemungkinan PDI-P Usung Anies di Pilgub Jakarta, Ahok: Banyak Kader yang Siap Maju!
Survei ini dilakukan pada periode 15-20 Juni 2024, melibatkan 400 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Jakarta. Margin of error dari survei ini adalah sekitar 4,9%, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Di posisi pertama ada Anies Baswedan, dengan tingkat keterpilihan mencapai 29,8 persen. Lalu, Ahok menyusul di posisi kedua dengan elektabilitas mencapai 20,0 perse, terpaut 9,8 persen dengan Anies.
Dengan perolehan tersebut, Ridwan Kamil berada di posisi ketiga dengan nilai elektabilitas yang terpaut 11,5 persen dari Ahok, yakni 8,5 persen.
Ahok Siap Maju
Beberapa waktu lalu, Ahok, sebagai kader partai mengaku siap diperintahkan kapan saja dengan tugas apa saja termasuk maju Pilkada Jakarta.
Ia sepenuhnya menyerahkan keputusan pencalonan Pilkada Jakarta kepada Tim Desk Pilkada DPP PDIP, Sekjen PDIP, dan nantinya akan diputuskan oleh Megawati Soekarnoputri.
"Kalau sebagai kader ke mana pun, kita siap-siap saja, diperintah, ya, siap. Kan tugas, nanti tugaskan," kata Ahok kepada wartawan di kantor pusat PDIP, Jakarta, (14/08/2024).
Baca Juga: Klaim Anies Dibantah Ahok
"Kalau sebagai kader, ini salah satu syarat jadi kader pelopor PDIP itu adalah disiplin berorganisasi. Apapun keputusan dari partai, itu seluruh kader harus taat. Kalau tidak, ya, keluar," tambahnya.
Ahok pun mengatakan bahwa partainya kemungkinan tidak akan mengusung Anies Baswedan untuk maju Pilkada Jakarta 2024. "Jadi, kita itu, yang saya tahu, PDI Perjuangan tidak mungkin mengambil orang dari luar selama kadernya siap. Itu sih," kata Ahok.
Kacamata Pengamat
Pengamat politik, Jamiluddin Ritonga mengatakan kemungkinan Ahok untuk maju Pilkada Jakarta 2024 cukup besar. Peluangnya tetap terbuka sampai menunggu keputusan dari PDIP.
Kendati demikian, ia menilai peluang Ahok untuk menang sangat tipis karena banyaknya sentimen negatif yang mengarah kepadanya.
“Penolakan terhadap Ahok masih sangat besar di Jakarta meski pendukung militannya juga banyak. Tapi, warga yang menolak tampaknya lebih besar daripada pendukungnya,” ujarnya.
Hal ini tidak terlepas dari kasus penistaan agama yang sempat menjerat Ahok di akhir kepemimpinannya.
Baca Juga: Terang-terangan Puji Program Makan Bergizi Gratis, Ahok: Itu Kampanye Top
Kasus itu pula yang menyebabkan Ahok dikalahkan Anies Baswedan pada Pilgub Jakarta 2017 silam.
Untuk menjaga peluang PDIP menang pengamat menyarankan untuk partai merah itu mengusung kadernya yang lain.
“PDIP tampaknya lebih aman bila mengusung Risma daripada Ahok. Sebab, penolakan terhadap Risma jauh lebih kecil daripada Ahok,” tuturnya, “karena itu, peluang Risma menang akan lebih besar daripada mengusung Ahok."
Kecil Kemungkinan Duet Ahok-Anies
Meskipun hingga saat ini PDIP belum memberikan keputusan terkait nama yang akan diusung untuk maju Pilkada Jakarta 2024, namun desas-desus duet antara Ahok-Anies ramai beredar.
Namun, beberapa pihak menganggap kabar tersebut hanyalah kabar burung dan kecil kemungkinannya untuk terjadi.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai duet antara keduanya tidak akan terjadi karena perbedaan ideologi massa pendukung keduanya.
"Saya sih melihat ya sulit terjadi duet atau pasangan antara Anies dan Ahok," kata Ujang saat dihubungi Sindonews, Sabtu (4/5/2024).
Dia membeberkan, sejumlah alasan yang mendasari sulitnya duet antara Anies dan Ahok. Pertama, keduanya pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kedua, ideologi pemilih keduanya bak minyak dan air.
"Jadi saya melihat sulit untuk memasangkan Anies dengan Ahok. Oleh karena itu saya melihat sulit dan berat memasangkan dua tokoh tersebut," tutur Ujang.
Baca Juga: PDIP Akui Ahok-Anies Mulai Buka Komunikasi tapi Peluang Duet di Pilkada Jakarta Sangat Kecil
PDIP Perlu Koalisi
Sebelumnya, PDIP tak akan membiarkan Ridwan Kamil, calon yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) melawan kotak kosong di Pilkada DKI Jakarta 2024.
"Yang jelas PDIP punya kader-kader internal yang potensial. Kita punya Ahok, Bang Rano, itu bisa dipertimbangkan. Selain tadi disampaikan Pak Anies," tambah Ketua DPP Bidang Ideologi dan Kaderisasi PDIP Djarot Saiful Hidayat di Kantor DPP PDIP
Meski sudah banyak nama potensial yang akan maju, namun partai besutan Megawati itu tetap perlu berkoalisi dengan partai politik lain karena tak memiliki cukup kursi di DPRD Jakarta.
"Kita perlu kerja sama dengan partai-partai yang lain artinya apa? Di Jakarta itu sebetulnya masih banyak potensi pemimpin yang paham dan punya rekam jejak yang baik di Jakarta, ya. Jadi, bukan hanya Ridwan Kamil saja," ucapnya.
Baca Juga: PDIP Masih Menunggu Restu Ibu Mega untuk Usung Ahok di Pilkada Jakarta
Ia mencontohkan Rano Karno yang memiliki pengalaman memimpin Provinsi Banten. Nama Rano Karno turut dipertimbangkan untuk diusung PDIP pada kontestasi Pilkada Jakarta. Sementara itu, Djarot berkata partainya kini telah membangun komunikasi politik dengan PKB.
"Karena PDIP perlu tujuh kursi lagi, ya, kan, tujuh kursi lagi paling tidak, ya. PKS misalkan ya, PKS juga butuh empat kursi lagi, berani tidak misalnya PKS begitu, ya mengusung Pak Ahok misalkan, nah itu luar biasa, misalnya begitu," kata Djarot.