Bennett mengatakan, "Temuan ini mengungkap korelasi antara kemajuan negara-negara dalam transisi energi dan kepercayaan konsumen. Seiring dengan kemajuan pasar dalam transisi energi, kepercayaan konsumen mula-mula meningkat, mencerminkan sentimen positif di masa depan, sebelum turun tajam. Hal ini mungkin terjadi karena transisi energi beralih dari konsep ke implementasi, besaran, kerumitan dan tingkat gangguan yang melekat dalam perjalanan ini menjadi makin jelas bagi konsumen.”

“Mengingat Asia Tenggara masih berada di tahap awal dalam transisi energi, konsumen di kawasan ini masih lebih percaya diri mengenai masa depan energi mereka jika dibandingkan dengan responden global. Membangun dan menjaga kepercayaan konsumen sepanjang perjalanan transisi energi merupakan faktor penting yang menentukan kemampuan suatu negara untuk mentapai tujuan dekarbonisasinya. Asia Tenggara berada dalam posisi yang unik untuk belajar dari pengalaman negara-negara yang sudah lebih maju dalam perjalanan transisi energinya dan memilih untuk melakukan beberapa hal secara berbeda dalam mencapainya komitmen net-zero," ucapnya melanjutkan.

Baca Juga: PHE Buktikan Kinerja Cemerlang Lewat Komitmen Pemenuhan Energi Nasional

Konsumen Kehilangan Kepercayaan Pada Tiga Aspek Energi

Meskipun mereka yakin akan masa depan energi mereka, banyak yang mengatakan bahwa sistem energi tidak memenuhi tiga aspek mendasar dari pengalaman energi: keterjangkauan, akses dan daya tarik. Sekitar setengah (45%) responden di Asia Tenggara yakin akan keterjangkauan biaya energi mereka; 49% yakin mereka mempunyai akses terhadap pilihan energi bersih dan baru; sementara 23% akan mengadopsi produk dan layanan energi baru jika pembelian dan pemasangannya lebih mudah.

Selain itu, 86% responden di Asia Tenggara mengharapkan penyedia energi mereka menawarkan produk berbiaya rendah dan berkualitas tinggi. Meskipun seperempat (24%) responden di Asia Tenggara merasa puas dengan produk dan layanan dari penyedia energi mereka, mereka ingin melihat peningkatan produk dan layanan berkelanjutan dari penyedia energi tersebut (42%).

Eric Jost, EY Asean Energy & Resources Leader, mengatakan, “Perubahan semakin cepat secara eksponensial dalam berbagai transisi energi di dunia. Sektor energi sedang mengalami gangguan yang signifikan dan lajunya semakin meningkat. Salah satu faktor yang mendorong perubahan ini adalah permintaan konsumen akan solusi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.”

“Riset EY menunjukkan konsumen tertarik pada perubahan namun menginginkan mitra untuk membantu. Hal ini menciptakan peluang bagi penyedia energi untuk mengubah diri mereka menjadi penasihat terpercaya – membuat perubahan lebih mudah, lebih cepat, lebih luas dan lebih dalam. Pendekatan transisi energi yang luas dan berpusat pada konsumen adalah untuk mempercepat kemajuan menuju sistem energi yang lebih adil, lebih ramah lingkungan dan lebih baik yang memberikan nilai lebih bagi semua orang.”