Tak hanya membagikan visi besar perusahaannya untuk menciptakan dunia kerja yang lebih inklusif, Lanny pun lantas membuka kisah pribadinya yang menyentuh. Ia menceritakan tantangan emosional yang ia hadapi saat kembali bekerja setelah menjalani cuti melahirkan.

“Beberapa bulan lalu, saya baru kembali bekerja setelah cuti melahirkan. Anak saya sekarang hampir 11 bulan. Dan jujur saja, transisi kembali ke dunia kerja tidak mudah. Banyak momen emosional, dan kadang merasa sangat overwhelmed,” ungkap Lanny.

Meski menghadapi masa transisi yang sulit, Lanny merasa beruntung bisa bekerja di LinkedIn, perusahaan yang menurutnya menyediakan sistem dukungan yang kuat untuk para orang tua.

“Tapi saya sangat bersyukur karena bekerja di LinkedIn berarti saya punya support system,” lanjutnya.

Ia menyebutkan adanya komunitas parents mentors di LinkedIn, tempat para orang tua saling berbagi cerita, saling menguatkan, dan membantu satu sama lain dalam menjalani peran ganda sebagai profesional dan orang tua.

Bagi Lanny, dukungan semacam ini adalah kunci agar perempuan tidak hanya bisa kembali bekerja, tetapi juga bisa berkembang dengan penuh kepercayaan diri.

“Dukungan seperti ini membuat kita bisa thrive baik sebagai ibu maupun sebagai profesional. Jadi, kami di LinkedIn percaya, closing the gender gap isn’t just about numbers. It’s about action,” tegas Lanny.

Kemudian, Lanny pun mengungkapkan apresiasinya terhadap kolaborasi dengan UN Women dan Markoding, seraya menyatakan harapannya terhadap masa depan perempuan Indonesia melalui program ini.

“This is more than just a program. This is a movement. Sebuah langkah penting untuk membuka lebih banyak kesempatan bagi perempuan Indonesia untuk maju dan bersinar,” katanya.

“Saya sangat tidak sabar untuk melihat dampak luar biasa yang akan dihasilkan oleh para peserta Link Women. Let’s continue to learn, grow, and rise together,” tandas Lanny.

Baca Juga: Kopi Soe di Tangan Sylvia Surya, Ini Dia Jejak Langkah Sang Founder Jadi Womenpreneur Hebat