Inovasi Produk
Dji Sam Soe pernah mengeluarkan kemasan khusus yang terbuat dari alumunium, yakni "Dji Sam Soe Masterpiece" pada tahun 2008 dan "Dji Sam Soe Citarasa Legendaris" pada tahun 2012.
Dji Sam Soe juga meningkatkan kompetensi di bidang sigaret kretek tangan melalui Dji Sam Soe Gold, namun merek tersebut juga terhenti di tengah jalan. Sukses menjadi merek sigaret kretek tangan tersukses di tanah air, Dji Sam Soe mulai berinovasi dengan menghadirkan mesin sigaret kretek pertama.
Produk sigaret kretek mesin pertama Dji Sam Soe adalah Dji Sam Soe Filter dalam kategori SKM Full Flavour. Untuk mempelajari kegagalan Dji Sam Soe Filter, pada tahun 2005 diluncurkanlah Dji Sam Soe Super Premium Magnum Filter (sejak 2011 Magnum Filter menjadi merek tersendiri). Magnum Filter langsung sukses di pasaran setelah tahun 2011 dan sampai saat ini masih banyak peminatnya.
Dji Sam Soe kemudian meluncurkan sigaret kretek mesin baru yang rendah tar dan rendah nikotin (LTLN), yaitu Magnum Blue yang kemudian berganti nama menjadi Magnum Mild. Di bidang sigaret kretek, Dji Sam Soe pun menghadirkan A Mild pada tahun 1990 dan U Mild pada tahun 2004.
Pada tahun 2022, Dji Sam Soe meluncurkan kembali SKM Full Flavor terbaru mereka, yakni Magnum Classic. Sayangnya, produksi Magnum Classic tidak berlangsung lama dimana di awal tahun 2023 produksi rokok ini dihentikan. Sehingga untuk produk SKM Full Flavour milik HM Sampoerna hanya tersisa Dji Sam Soe Magnum Filter dan Marlboro Filter Black saja.
Sejak 27 Agustus 2023, merek Dji Sam Soe Magnum Mild dileburkan ke dalam lini Sampoerna A sebagai Sampoerna A Ultramild yang sudah terlebih dulu menjadi pengganti dari U Mild. Dengan dileburnya Dji Sam Soe Magnum Mild menjadi Sampoerna A Ultramild, maka Sampoerna A menjadi satu-satunya lini SKM LTLN milik HM Sampoerna.
Selain Dji Sam Soe 234, HM Sampoerna juga pernah memproduksi rokok kretek dengan merek 123, 720, dan 678. Pabrik Sampoerna awalnya juga meluncurkan merek seperti Sampoerna Star, Summer Palace, Statue of Liberty. Sampoerna Star dianggap sebagai rokok berfilter pertama di Indonesia.
Kini, Dji Sam Soe sudah menjadi sebuah "Mahakarya Indonesia" selama lebih dari 100 tahun masa produksinya. Dji Sam Soe kini menjadi sebuah merek andalan bagi Sampoerna yang menyasar segmen premium, sementara Sampoerna A Kretek menjadi andalan Sampoerna yang menyasar segmen menengah ke bawah.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Merintis dan Membesarkan Bank Mayapada
Kunci Sukses
Dji Sam Soe adalah merk langka di Indonesia yang mampu bertahan bahkan semakin perkasa dari zaman ke zaman. Merek yang tak lekang oleh waktu selama lebih dari satu abad, tangguh menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat.
Dji Sam Soe juga dinilai mampu mempertahankan kinerja secara konsisten di saat terjadi perubahan regulasi, ekonomi-politik, maupun perilaku konsumen. Produk ini juga mampu secara konsisten mempertahankan momentum pertumbuhan melawan serangan dari pesaing-pesaing baru.
Dari segi penjualan, generasi pertama Dji Sam Soe mengalami masa kejayaannya di tahun 1940-an dengan penjualan hampir 3 juta per minggu, di tangan generasi kedua penjualan meningkat menjadi 21 juta batang per minggu (tahun 1980), dan pada generasi ketiga melonjak tajam menjadi 290 juta batang per minggu (tahun 2000).
Dalam suatu kesempatan, Putera Sampoerna pernah mengatakan jika kunci sukses Sampoerna adalah selalu menjaga cita rasa. Menurut dia, baik sigaret kretek tangan maupun sigaret kretek mesin hasil produksi PT Sampoerna seluruhnya dikerjakan dengan dasar tradisi kesempurnaan dan keunggulan mutu.
Karena kualitas racikan ini, cita rasa dan aroma Dji Sam Soe pun menjadi legendaris dan juga menjadi pionir rokok kretek berkualitas tinggi di Indonesia. Bahkan, kata Puteras, Dji Sam Soe memberi kontribusi terbesar pada laba perusahaan. Tak ayal, Dji Sam Soe pun sering mendapat julukan sebagai “King of Kretek” dan “Mother of All Kretek”.
Filosofi bisnis keluarga ini juga nyatanya dipengaruhi oleh Numerologi China, di mana angka 2, 3, dan 4 pada bungkus rokok tersebut melambangkan kesempurnaan. Jika, total angka-angka tersebut jika dijumlahkan akan menghasilkan 9.
Oleh karena itu, ejaan "Sampoerna" terus digunakan. Jumlah huruf dalam "Sampoerna" adalah 9, dan jika diganti dengan "Sampurna" maka hanya akan ada 8 huruf.
Nah Growthmates, itulah sedikit perjuangan hidup dan kisah sukses membangun bisnis rokok dari sang pendiri Sampoerna, Liem Seeng Tee, dan keturunannya. Semoga menginspirasimu, ya!
Baca Juga: Mengulik Kisah Ariano Rachmat Jadi Presiden Direktur Adaro Minerals