Nama Ciputra yang kian tersohor karena prestasi lomba lari memancing munculnya penantang baru. Tidak main-main penantang baru itu adalah seorang atlet tinju jalanan yang sudah terbiasa dengan latihan fisik yang berat. Ciputra jelas waswas dengan kemunculan penantangnya itu. 

“Belakangan, muncul pesaing yang cukup mengkhawatirkan. Orang Tionghoa pula. Namanya Bitje.  Ia teman sebaya yang dikenal sebagai tukang berkelahi. Ayahnya dikenal temperamental. Orang-orang takut padanya. Sifat emosional itu menurun pula pada anaknya. Bitje sangat ditakuti karena keberanian dan kenekatannya jika menjotos orang,” ujar Ciputra. 

“Ia juga juara tinju di Gorontalo. Jika ada pasar malam di kota ini, biasanya digelar arena tanding tinju. Bitje selalu muncul dan memancing banyak penonton. Lawan-lawannya gentar menghadapinya. Hampir di setiap adu tinju, Bitje selalu membuat lawannya terkapar,” tambahnya. 

Kendati ada rasa takut dan waswas, namun Ciputra jelas tak mau menyerah begitu saja, kedatangan penantang baru melecut dirinya untuk berlatih lebih keras lagi, niat Ciputra cuma satu: mengalahkan penantang beratnya itu sekaligus menjaga dan mempertahankan prestasi dan reputasinya.  

“Saya memandangi langit-langit kamar dan membayangkan pertandingan resmi yang akan kami ikuti. Siapa yang akan menang? Saya atau dia? Oh tidak bisa. Saya tidak akan mengalah,” tandasnya.