3. PT Energi Agro Nusantara (PT Enero), Mojokerto, Jawa Timur

Pabrik bioetanol milik PT Energi Agro Nusantara (Enero) yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur, saat ini memiliki kapasitas produksi sekitar 100 kiloliter per hari, atau setara dengan 30.000 kiloliter per tahun. 

Fasilitas ini menjadi salah satu pilar penting dalam mendukung program Bioetanol 10 persen (E10) yang dicanangkan pemerintah. Dengan teknologi pengolahan modern, Enero berhasil menghasilkan bioetanol fuel grade dengan tingkat kemurnian tinggi, menjadikannya salah satu produsen bioetanol terkemuka di Indonesia.

Mengutip dari Kompas, sejak tahun sebelumnya, Enero telah rutin memasok bioetanol fuel grade ke Pertamina Patra Niaga, menunjukkan bahwa produk dalam negeri sudah siap bersaing di sektor energi bersih. 

Ke depan, perusahaan menargetkan peningkatan produksi fuel grade hingga 70–80 persen dari total kapasitas pabrik, seiring meningkatnya permintaan pasar dan dorongan pemerintah terhadap penggunaan energi terbarukan. 

Langkah ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus memperluas peran industri bioetanol sebagai bagian dari transisi energi hijau di Indonesia.

Baca Juga: Pemanfaatan Bioetanol dan Potensi Jadi Sumber Energi yang Penting untuk Dukung Bensin Hijau

4. Proyek Bioetanol di Merauke, Papua Selatan

Mengutip dari bisnis, proyek pengembangan bioetanol di Merauke, Papua Selatan, menjadi salah satu langkah strategis pemerintah dalam memperkuat kemandirian energi nasional berbasis sumber daya lokal. 

Proyek ini tidak hanya berfokus pada pembangunan pabrik bioetanol, tetapi juga mencakup pengembangan perkebunan tebu terpadu yang terintegrasi dengan program food estate di wilayah tersebut. 

Dengan potensi lahan yang luas dan subur, Merauke diproyeksikan menjadi salah satu sentra produksi bioetanol terbesar di Indonesia bagian timur, sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.

Pabrik bioetanol di Merauke ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2027, dengan kapasitas produksi mencapai 150.000 hingga 300.000 kiloliter per tahun. 

Skala produksi yang besar ini diharapkan dapat berkontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan bioetanol nasional dan mendukung program Bioetanol 10 persen (E10). Selain memperkuat ketahanan energi, proyek ini juga menjadi simbol transformasi ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi alam Papua secara berkelanjutan.

Dengan beroperasinya berbagai pabrik bioetanol di sejumlah daerah seperti Mojokerto, Kediri, dan Merauke, Indonesia semakin mendekati target ambisiusnya untuk mengimplementasikan program Bioetanol 10 persen (E10) secara nasional. 

Langkah ini tidak hanya berperan dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemanfaatan hasil perkebunan tebu secara maksimal.

Ke depan, kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta akan menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan industri bioetanol di Indonesia. Dengan dukungan riset, investasi teknologi, dan pengelolaan sumber daya yang efisien, bioetanol diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam transisi energi bersih dan pembangunan ekonomi hijau di tanah air.