Perusahaan transportasi penyedia layanan taksi PT Blue Bird Tbk merupakan salah satu perusahaan taksi lawas yang masih eksis sampai sekarang. Pamor Blue Bird bahkan tak pernah bisa digeser di tengah maraknya bisnis taksi online. 

Salah satu rahasia Blue Bird mempertahan eksitensinya adalah dengan menjaga kualitas layanan mereka.  

Wakil Direktur Utama Blue Bird, Sigit Priawan Djokosoetono mengatakan, untuk menjaga kualitas layanan, banyak prosedur yang mesti dilewati, salah satunya adalah proses perekrutan driver yang dilakukan dengan sangat selektif. 

Baca Juga: Menikmati Kegagalan Ala Presdir BCA Jahja Setiaatmadja

Blue Bird tak mau sembarang mempekerjakan driver, selain memenuhi administrasi seperti persyaratan memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), driver juga mesti melewati berbagai proses seperti pengetesan kemampuan hingga test psikologi.

“Yang kita seleksi ada dua hal sebenarnya. Pertama, pasti administratif anda harus punya SIM dan yang lainnya. Tapi kita yakin lah, di sini punya SIM belum tentu bisa nyetir. Jadi harus kita tes, tes nyetir parkir, tes nyetir jalan, bagaimana bawa-bawa jalan itu standar. Kedua, ada tes psikologis yang memang kita lakukan di pool,” kata Sigit dalam sebuah kesempatan dilansir Olenka.id Minggu (3/11/2024).

Setelah semua proses seleksi tuntas dilakukan, ada proses pelatihan yang wajib diikuti setelah benar-benar diterima bekerja. Dalam pelatihan itu, setiap driver diberi berbagai pembekalan, mulai dari pembekalan pelayanan terhadap pelanggan, hingga bagaimana menghandle komplain pelanggan.

Sigit mengatakan pembekalan sendiri tak hanya dilalukan saat driver di terima bekerja, namun ini menjadi kegiatan rutin setiap bulan yang wajib di ikuti 24 ribu driver Blue Bird yang tersebar di berbagai pool di Indonesia.

Baca Juga: Kerja Sama Blue Power Technology-SuperMap Tingkatkan Solusi Geospasial di Indonesia

“Jadi bukan hanya didiamkan. Jadi proses itu berjalan terus di seluruh pool kita,” ujarnya.

Membangun Kultur Kekeluargaan

Sigit mengatakan pihak Blue Bird sendiri membangun hubungan yang sangat baik dengan seluruh driver mereka.

Bahkan ikatan mereka tak hanya sekedar sebagai pekerja dan pemberi kerja, lebih dari itu mereka sudah menjadi sebuah keluarga besar. Kultur kekeluargan kental sekali di perusahaan ini.

Hubungan baik ke dua belah pihak ini pula yang bikin Blue Bird tak pernah sewenang-wenang terhadap para drivernya, semuanya diperlakukan layak dan manusiawi. Pun sebaliknya, seluruh driver menghormati semua norma persushaan yang diterapakan.

Sigit mengakui, meski sudah menerapakan proses seleksi yang lumayan ketat, namun kerap kali ada satu dua driver yang bermasalah hingga mendapat protes pelanggan. 

Baca Juga: Dirut BRI Sunarso: Mayoritas Populasi akan Bingung Hadapi Transformasi

Untuk mengatasi masalah seperti ini, pihak Blue Birid tak langsung memberi sanksi tegas tanpa mendengar penjelasan yang bersangkutan. Mereka sadar betul, kesalahan adalah sesuatu yang sangat manusiawi. 

Sebagai keluarga yang baik, hal pertama yang dilakukan adalah meminta klarifikasi, apabila ditemukan adanya kelalain, maka driver yang bersangkutan di bina hingga diberi teguran.

“Kita kan melihatnya manusia itu pasti punya kesalahan, itu satu. Jadi developer itu punya culture kekeluargaan. Maksudnya begini, orang itu salah, seperti keluarga kan memang dididik, bukan dihukum dulu, jadi konsepnya mendidik. Jadi ada training, ada feedback, lalu dikasih warning. Warning itu dalam bentuk poin,” ujarnya.

Baca Juga: Gerak Cepat Prabowo Selamatkan Gelombang PHK PT Sritex Dijempoli Serikat Pekerja

“Jadi kalau misalnya ada pengemudi yang pelayannya kurang, dapet teguran dari customer, lalu akhirnya dapet poin. Kesalahannya apa? Oh misalnya salah jalan, atau misalnya bawanya kurang nyaman. Dan itu ada poinnya, ada levelnya,” tambahnya.

Sigit menegaskan, pihaknya sangat memaklumi kesalahan-kesalahan yang dilakukan driver, intinya kata dia mereka mau berbenah, belajar dari keselahan dan tak mengulanginya lagi, dan yang paling utama mereka mesti mau didik menjadi pribadi yang lebih bauk lagi.

“Jadi itu yang kita coba lakukan adalah mendidik. Bahwa kalau ada kesalahan, oke, gak apa-apa, tapi jangan diulangin,” tuntasnya.