Belajar dari Sang Mertua
Tegas Tahir, satu-satunya yang dapat diambil secara gratis dari Mochtar Riady adalah sikapnya. Melihat kerja keras sang mertua, Tahir sangat percaya bahwa kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Bahkan, Tahir pernah mendapat teguran keras karena mencatut nama Mochtar tanpa izin di logo usahanya. Saat membuka showroom furniture, Tahir menyematkan logo perusahaan Mochtar di depan showroom agar orang tahu bahwa dia adalah bagian keluarga Mochtar Riady.
Kedatangan keluarga besar Mochtar Riady saat grand launching membuat Tahir merasa sangat bangga. Akan tetapi, tidak lama setelahnya muncul Roy Tirtaji, orang kepercayaan Mochtar yang menyampaikan keluhan.
"Maaf Pak Tahir, saya ditugaskan Pak James (anak sulung Mochtar Riady) untuk menyampaikan ini pada Anda. Tolong logo perusahaan Pak Mochtar dicabut. Mereka tak berkenan logo itu dipasang di depan tokok Ulferts (milik Tahir). Mereka tidak suka Pak Tahir memasang logo ini," kenang Tahir.
Ibarat petir di siang bolong, kata-kata tersebut membuat Tahir merasa malu, sedih, dan terhina campur aduk. Namun, bak obat yang menguatkan, kejadian tersebut membuat Tahir makin menjadi pribadi yang pekerja keras dan tidak bergantung pada orang lain meski pada orang tua sendiri. Dana yang sempat dia dapat dari Mochtar juga berupa pinjaman dan merupakan opsi terakhir yang dipilihnya dengan rasa malu dan tidak enak hati.
Bagi Tahir, peran keluarga sangat penting untuk membentuk kepribadiannya menjadi seperti sekarang ini. "Number one is my parents yang meninggalkan teladan, panutan yang baik, how to be a good man, how to build proper person, how to be leaders, how to love your family," tegasnya.