Belakangan ini istilah doom spending ramai diperbincangkan di kalangan milenial dan gen Z. Doom spending merujuk pada kebiasaan belanja impulsif sebagai pelarian dari stres, kecemasan, atau ketakutan akan masa depan yang tidak pasti.

Paparan media sosial turut memperkuat kebiasaan ini, hingga banyak anak muda rela menghabiskan uang demi sekadar melupakan tekanan hidup.

Faculty Head Sequis Quality Builder, Sequis Training Academy of Excellence (STAE), Fandi Murdani, mengingatkan bahwa doom spending dapat menjadi masalah serius jika tidak disertai dengan perencanaan keuangan yang baik.

“Menghentikan doom spending bukan berarti menghentikan kebahagiaan. Perilaku ini sebenarnya tidak mendatangkan bahagia, justru berdampak buruk pada stabilitas keuangan jangka panjang. Dengan menyeleksi pengeluaran dan memprioritaskan masa depan, Anda dapat menikmati hidup saat ini dan mencapai hari esok yang lebih baik,” papar Fandi, dikutip Rabu (9/7/2025).

Menurut Fandi, disiplin dalam mengatur keuangan adalah kunci untuk mengurangi kebiasaan belanja impulsif. Ia pun membagikan tips praktis agar generasi muda terhindar dari perilaku doom spending:

1. Cari Alternatif Mengelola Emosi Selain Belanja

Fandi menyarankan untuk menanggapi stres dan ketidakpastian finansial dengan cara bijak. Misalnya, menabung, mencari pendapatan tambahan, atau melakukan aktivitas menenangkan lain dibanding belanja online.

“Ketika merasa stres, daripada membuka aplikasi belanja online, coba lakukan aktivitas lain, seperti meditasi, menjalankan hobi, minum teh sore bersama pasangan atau orang tua, atau berolahraga,” kata Fandi.

2. Buat Perencanaan Keuangan dengan Skala Prioritas

Doom spending kerap terjadi saat seseorang tidak memiliki perencanaan keuangan yang jelas. Fandi menekankan pentingnya mengatur anggaran dengan rumus 40-30-20-10, yaitu 40% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk cicilan dan utang, 20% untuk tabungan atau investasi, serta 10% untuk kegiatan sosial.

“Disiplin menjalankan perencanaan keuangan sebenarnya memudahkan kita menjalani hidup. Anda masih bisa belanja atau berlibur tanpa merusak kestabilan finansial karena semuanya sudah diatur sedari awal,” jelasnya.

Baca Juga: Sequis Ingatkan agar Nasabah Asuransi Manfaatkan Masa Free Look Period

3. Siapkan Dana Darurat

Dalam perencanaan keuangan sangat penting mengalokasikan dana darurat dan investasi. Anda dapat memulai dengan alokasi gaji untuk pos ini sebesar 10% kemudian tingkatkan 20%.

Nilai ini bisa terus Anda tingkatkan seiring meningkatnya pengalaman menjalankanperencanaan keuangan dan bertambahnya penghasilan.

Menyiapkan dana darurat untuk keperluan darurat saat tidak memungkinkan bagi kita untuk mencairkan investasi atau mendapatkan pinjaman. Misalnya untuk perbaikan mobil, renovasi rumah, memperbaiki barang rusak, dan lainnya.

4. Siapkan Asuransi Kesehatan dan Asuransi Jiwa

Fandi juga menekankan pentingnya memiliki asuransi kesehatan dan jiwa sejak usia produktif, untuk melindungi kondisi finansial dari risiko yang dapat terjadi kapan saja.

“Asuransi kesehatan melindungi dari ketidakpastian biaya medis, sedangkan asuransi jiwa menyediakan Uang Pertanggungan untuk keluarga jika terjadi risiko kematian atau kecelakaan,” tambahnya.

Fandi juga menyarankan agar generasi muda tidak skeptis pada asuransi. Selama kondisi kesehatan masih prima, usia masih produktif, dan menjawab pertanyaan saat mengisi Surat Permintaan Asuransi (SPA) dengan benar maka asuransi menjadi strategi finansial untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak ancaman kelangsungan hidup.

4. Mulai Berinvestasi

Daripada menghabiskan uang untuk belanja impulsif, Fandi menyarankan generasi muda mulai berinvestasi di jalur resmi yang diawasi OJK.

Pilihan investasi seperti deposito, reksa dana, obligasi, hingga saham dapat disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.

“Investasi membantu menjaga nilai aset dari inflasi dan mempersiapkan kebutuhan finansial di masa depan,” tuturnya.

Terakhir, Fandi menegaskan, kebiasaan doom spending tidak memberikan kebahagiaan sejati, justru menambah beban finansial di kemudian hari.

“Sebaliknya, dengan pengelolaan keuangan yang bijak, generasi muda dapat hidup lebih tenang dan tetap menikmati momen masa kini tanpa khawatir akan hari esok,” pungkasnya.

Baca Juga: 10 Buku tentang Personal Finance Terbaik untuk Capai Kestabilan Keuangan di Tahun 2025