Tidaklah sulit menemukan gerai Alfamart di berbagai daerah di Indonesia. Kehadirannya memudahkan masyarakat Indonesia yang ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari. Per Maret 2023, Alfamart melaporkan adanya 14.174 gerai miliknya sendiri dan 5.192 gerai franchise atau kerja sama waralaba.
Menjadi raja pasar ritel modern di Indonesia bersama Indomaret, begini perjalanan Alfamart yang menggunakan jargon "Belanja Puas, Harga Pas" hingga sukses seperti saat ini.
Baca Juga: Berkenalan dengan Sosok Djoko Susanto, Bos Alfamart yang Jadi Orang Terkaya Nomor 10 di Indonesia!
Berawal dari Distributor Rokok
Dengan mayoritas saham dimiliki oleh Putera Sampoerna, Kwok Kwie Fo atau Djoko Susanto mendirikan PT Alfa Retailindo pada tahun 1989 dengan membangun Toko Gudang Rabat yang awalnya difungsikan sebagai distributor rokok baru Sampoerna. Toko tersebut merupakan cikal bakal kesuksesan Alfamart.
Perlahan-lahan, Toko Gudang Rabat berubah menjadi toko kelontong yang menjual berbagai macam barang hingga akhirnya berkembang besar dan memiliki banyak cabang di beberapa kota Indonesia. Pada tahun 1990-an, Gudang Rabat telah memiliki 32 gerai dan menjadi pesaing ritel Indomaret bentukan Salim Group.
Gudang Rabat berubah nama menjadi Alfa Minimart di bawah PT Sumber Alfaria Triyaja pada 18 Oktober 1999. Dengan upaya menjadi minimarket yang bisa menjangkau masyarakat secara dekat, Alfa Minimart meraih kesuksesan besar hingga bisa go public pada 18 Januari 2000. Alfa Minimart mulai berubah nama menjadi Alfamart sejak 1 Januari 2003.
Saat Putera Sampoerna memutuskan untuk menjual perusahaan rokok miliknya ke Philip Morris pada tahun 2005, termasuk kepemilikan saham di Alfamart, Djoko berusaha memiliki seluruh saham Putera dengan mengajak perusahaan investasi, Northstar Pacific.
Setelah beberapa tahun kemudian, saham Alfamart yang dikelola Northstar dijual melalui go public (IPO) di bursa dan sebagian sahamnya dibeli oleh Djoko. Dengan strategi tersebut, Djoko Susanto berhasil menjadi pemilik Alfamart.