“Jadi kalau kita bangun subuhan, ya jam 5 lah bisa lari atau jam 5 kurang bisa lari, kalau kita mau memaksakan lari jam 4, ya kita harus bangun setengah 4. Kalau langsungan (bangun tidur langsung lari) biasanya rentan blackout, karena intake cairan berkurang, kita belum sepenuhnya 100% awake terus kita juga nggak ada PWO meal,” terang Dokter Tirta.
Jika tidak sampai 45 menit memberikan jeda, kata Dokter Tirta, sangat rentan terkena cedera saat berlari.
“Kalau misalnya nggak sampai 45 menit atau sekitar 15 atau 20 menit, rentan cedera, karena tubuh belum panas, dia masih dalam kondisi mengantuk terus tiba-tiba langsung dipaksa awake, terus langsung dikasih pressure tinggi. Kecuali larinya itu easy banget, jadi heart rate-nya di zona 1, zona 2, kayaknya kalau dari tidur langsung olahraga masih aman. Tapi kalau dia di zona 2, zona 3, dan long run itu membutuhkan PWO, kalau nggak dia nanti akan rentan cedera di tengah jalan,” imbuhnya.
Baca Juga: Akan Diikuti 6.000 Peserta, Planet Sports Run 2024 Kembali Ajak Masyarakat Aktif Bergerak
Zona denyut jantung merupakan metode yang sederhana untuk memantau dan mengatur intensitas usaha dalam suatu aktivitas. Dengan mempersonalisasi zona denyut jantung, kamu dapat mengoptimalkan efektivitas olahraga seiring berjalannya waktu.
Hal ini membantu kamu menghindari latihan yang berlebihan saat sesi pemulihan, melakukan latihan ketahanan dengan lebih baik, dan segera mengetahui kapan saat yang tepat untuk meningkatkan kecepatan dalam olahraga yang lebih menantang.