Lari menjadi salah satu olahraga yang belakangan digandrungi banyak orang, terutama anak muda. Bahkan, banyak pula instansi yang menyelenggarakan kompetisi marathon setiap minggunya, yang semakin memotivasi masyarakat untuk aktif bergerak melalui olahraga ini.

Banyak orang memilih untuk lari di pagi hari karena udara yang masih segar dan suasana yang lebih tenang, membuat aktivitas ini terasa lebih menyegarkan dan menyehatkan. Lari di pagi hari juga ada aturannya, terutama jeda waktu yang disarankan sebelum mulai berlari setelah bangun dari tidur. 

dr. Tirta Mandira Hudhi atau yang karib dikenal sebagai Dokter Tirta, mengungkap jeda waktu ideal sebelum memulai lari pagi setelah bangun tidur. Diungkap Dokter Tirta, jika ingin lari di pagi hari usahakan untuk tidur pada pukul 10 di malam sebelumnya, dan begitu bangun harus melakukan pre-workout meal sebelum berlari. 

“Pre-workout meal jadi ada pisang boleh, kurma boleh, madu boleh, energy gel boleh, atau makanan-makanan atau minuman lain yang bisa menghasilkan energi lama, stretching dinamis, baru bisa lari,” ujar dr. Tirta saat ditemui awak media usai agenda press conference Planet Sports Run 2024 di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2024).

Baca Juga: Daniel Mananta Jadikan Olahraga Lari Sebagai Meditasi, Mulai Terpacu Berkat Kisah Sukses CEO Dunia

Terkait jeda waktu, Dokter Tirta menganjurkan untuk memberi jeda sekitar 45 menit setelah bangun tidur sebelum memulai olahraga lari, agar terhindar dari risiko blackout.

“Jadi kalau kita bangun subuhan, ya jam 5 lah bisa lari atau jam 5 kurang bisa lari, kalau kita mau memaksakan lari jam 4, ya kita harus bangun setengah 4. Kalau langsungan (bangun tidur langsung lari) biasanya rentan blackout, karena intake cairan berkurang, kita belum sepenuhnya 100% awake terus kita juga nggak ada PWO meal,” terang Dokter Tirta.

Jika tidak sampai 45 menit memberikan jeda, kata Dokter Tirta, sangat rentan terkena cedera saat berlari.

“Kalau misalnya nggak sampai 45 menit atau sekitar 15 atau 20 menit, rentan cedera, karena tubuh belum panas, dia masih dalam kondisi mengantuk terus tiba-tiba langsung dipaksa awake, terus langsung dikasih pressure tinggi. Kecuali larinya itu easy banget, jadi heart rate-nya di zona 1, zona 2, kayaknya kalau dari tidur langsung olahraga masih aman. Tapi kalau dia di zona 2, zona 3, dan long run itu membutuhkan PWO, kalau nggak dia nanti akan rentan cedera di tengah jalan,” imbuhnya.

Baca Juga: Akan Diikuti 6.000 Peserta, Planet Sports Run 2024 Kembali Ajak Masyarakat Aktif Bergerak

Zona denyut jantung merupakan metode yang sederhana untuk memantau dan mengatur intensitas usaha dalam suatu aktivitas. Dengan mempersonalisasi zona denyut jantung, kamu dapat mengoptimalkan efektivitas olahraga seiring berjalannya waktu. 

Hal ini membantu kamu menghindari latihan yang berlebihan saat sesi pemulihan, melakukan latihan ketahanan dengan lebih baik, dan segera mengetahui kapan saat yang tepat untuk meningkatkan kecepatan dalam olahraga yang lebih menantang.