Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui sejumlah inisiatif di pasar keuangan nasional. Salah satu inisiatif terbaru yang dicanangkan BI ialah penerbitan instrumen surat berharga BI-FRN alias BI Floating Rate Note

Instrumen BI-FRN tersebut rencananya akan resmi diluncurkan pada 17 November 2025 mendatang. Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyebutkan bahwa BI melihat niat baik pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Guna mendukung hal tersebut, lanjutnya, BI ingin memberikan akses pendanaan yang lebih luas kepada pelaku usaha.

"Pada akhirnya, market memerlukan berbagai instrumen yang mendukung perluasan akses pendanaan yang modern, likuid, dan sehat," tegas Denny dalam Taklimat Media BI di Jakarta, Jumat (7/11/2025).

Baca Juga: BI: Cadangan Devisa Indonesia Naik Jadi US$149,9 Miliar per Akhir Oktober 2025

Hal demikian juga dipertegas oleh Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI, Fitra Jusdiman yang menyampaikan bahwa BI-FRN menjadi instrumen moneter baru untuk membantu likuiditas di sistem pasar keuangan. Secara sederhana, BI-FRN merupakan surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan suku bunga mengambang, atau berubah-ubah mengikuti acuan suku bunga tertentu.

Nantinya, lanjut Fitra, instrumen tersebut akan menjadi underlying atau referensi pasar dalam transaksi Overnight Index Swap (OIS), yakni instrumen lindung nilai suku bunga melalui pertukaran dua jenis pendapatan dari suku bunga yang berbeda berbasis indONIA (Indonesia Overnight Index Average).

"BI-FRN ini fokusnya bagaimana kita bisa mendorong pengembangan OIS market di Indonesia," jelas Fitra.

Maka dari itu, tambahnya, BI-FRN ini berbeda dengan SRBI yang lebih fokus untuk pengelolaan likuiditas rupiah, memperdalam buffer (penyangga), serta menarik aliran dana masuk (inflow). Perbedaan lainnya ialah dari aspek imbal hasil, di mana BI-FRN ini memiliki imbal hasil berupa kupon yang dibayarkan di akhir pada saat jatuh tempo.

"Suku bunga BI-FRN bersifat mengambang. Misalnya, untuk tenor 12 bulan, kuponnya nanti pada saat di akhir periode. Jika indONIA misalnya punya bunga 4%, dan awal marginnya 50 bps, ini belum tentu akan didapat pada akhir periode tenornya," tegas Fitra lagi.