3. Desain Bukan Sekadar Dekorasi

Jobs selalu menekankan bahwa desain adalah inti, bukan sekadar hiasan luar. Dalam wawancara dengan Fortune tahun 2000, ia menjelaskan bahwa bagi kebanyakan orang, desain berarti lapisan, kain gorden atau sofa. Tetapi bagi dirinya desain adalah jiwa fundamental dari ciptaan manusia, yang akhirnya mengekspresikan diri melalui lapisan luar produk.

Filosofi ini membentuk pendekatan Apple, yakni menciptakan teknologi yang bukan hanya berfungsi, tetapi juga menghadirkan pengalaman emosional bagi penggunanya.

4. Teknologi Tak Harus Mengubah Dunia untuk Bermakna

Di tengah hiruk pikuk inovasi, Jobs justru memberi perspektif sederhana dalam wawancara dengan Wired tahun 1996.

“Teknologi dapat mempermudah hidup, menghubungkan kita dengan orang lain, atau memberi akses pada informasi medis penting. Itu bisa sangat berarti. Tapi tidak semua harus diposisikan seakan-akan akan mengubah dunia. Segala sesuatu tidak harus mengubah dunia agar menjadi penting,” paparnya.

Baginya, makna teknologi ada pada dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, bukan semata-mata pada sensasi besar yang diciptakan.

5. Mac Diciptakan dengan Sepenuh Hati

Sebelum Apple menjadi raksasa teknologi, Jobs adalah seorang inovator muda yang terobsesi menciptakan karya sempurna.

Dalam wawancaranya dengan Playboy tahun 1985, ia mengenang momen saat Macintosh pertama kali diluncurkan,

“Saya rasa saya belum pernah bekerja sekeras ini untuk sesuatu. Mengerjakan Macintosh adalah pengalaman paling berkesan dalam hidup saya. Saat kami mempresentasikannya, seluruh auditorium berdiri dan bertepuk tangan selama 5 menit. Banyak dari tim Mac menangis. Seolah-olah kami tak percaya benar-benar telah menyelesaikannya,” terangnya.

Kisah ini menunjukkan betapa besar dedikasi dan emosi yang ia curahkan untuk sebuah produk.

Baca Juga: Dari Albert Einstein Hingga Steve Jobs, Ini 7 Motto Hidup Tokoh Terkenal di Dunia Agar Sukses dalam Karier