RUU EBET membuka pintu seluas-luasnya bagi pihak swasta atau Independent Power Producer (IPP) untuk membangun pembangkit listrik dan menjual secara langsung terhadap masyarakat melalui jaringan transmisi PLN lewat skema power wheeling.  

Hanya saja pelibatan pihak swasta dalam agenda ini belakangan berpolemik karena dinilai bakal membawa berbagai dampak buruk buat negara juga masyarakat.

Selain berpotensi menimbulkan kerugian negara, skema ini juga dinilai hanya memicu kenaikan tarif listrik dan menambah beban subsidi APBN. Penerapan skema power wheeling dalam RUU EBET juga dinilai  hanya melemahkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan membuka pintu masuk bagi oligarki. 

Selain masalah pendanaan, tantangan lain yang tak kalah berat adalah dan dukungan riset serta teknologi. 

Untuk  menyukseskan transisi energi perlu dukungan dan  peran ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan teknologi baru yang lebih efisien dan lebih kompetitif, sehingga bisa menurunkan biaya dan meningkatkan nilai tambah pada produk industri energi baru terbarukan.

Baca Juga: Anies Baswedan Sebut Nama Sohibul Iman dan Zita Anjani Masih Dibahas Jadi Cawagub Jakarta

Sayangnya Indonesia belum memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai, tapi tenang saja, demi menyukskan rencana ini,  pemerintah sedang melakukan persiapan berbagai kompetensi dan keahlian dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, sehingga tersedia SDM yang unggul untuk mendukung transisi energi. 

Langkah yang Ditempuh Pemerintah

Pemerintah sudah menempuh berbagai cara untuk memuluskan transisi energi, selain membangun Green Industrial Park di Kalimantan Utara seluas 13.000 hektar yang menjadi cikal bakal industri  hijau terbesar di bumi. Pemerintah melalui beberapa BUMN sudah mulai mencoba berbagai alternatif pengganti batubara. 

Misalnya saja lewat program Desa Berdaya Energi besutan PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI). Program CSR  itu dicetus sejak awal 2013 lalu, PLN EPI mendaulat Kelurahan Gombang dan Karangasem, Gunungkidul, Yogyakarta sebagai lokasi awal memulai pilot projek desa berdaya energi. 

Perusahaan pelat merah ini bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberdayakan masyarakat setempat membudidayakan berbagai tanaman biomassa sebagai bahan baku alternatif pengganti batu bara secara end to to end.