Growthmates, lingkungan yang tidak sehat atau toxic adalah hal yang lazim ditemui di dunia kerja. Studi terbaru mendefinisikan, lingkungan kerja toxic adalah seperti kepemimpinan ofensif atau agresif, adanya gangguan secara mental, intimidasi, pengucilan, perilaku mengancam dari man ajer dan rekan kerja.
Situasi ini jelas dapat memengaruhi kesejahteraan dan kinerja pekerjaan, namun terkadang tidak dapat dihindari. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?
Kepada Olenka, HR Professional & Career Consultant, Ayu R Oktavianti, mengatakan bahwa lingkungan kerja yang toxic merupakan salah satu bagian dari dinamika atau tantangan dari dunia kerja yang melekat dengan pekerjaan itu sendiri.
Kata Ayu, dalam lingkungan kerja yang toxic, pekerja biasanya berjuang dengan beban kerja, tidak ada dukungan dari rekan kerja maupun atasan, jam kerja tidak fleksibel, dan keseimbangan kehidupan kerja yang buruk.
“Lingkungan kerja yang toxic itu kan bisa dibilang sebagai lingkungan kerja yang tidak sehat. Jadi banyak banget nih kalau di lingkungan anak muda yang kalau datang kumpul sama temennya ‘aduh lingkungan gw toxic banget’. Jadi bisa dikatakan lingungan kerja tersebut tidak supporting each other, gak mengerti dan gak mendukung kinerja satu sama lain,” papar Ayu.
Ayu mengatakan lingkungan kerja yang toxic bukan hanya dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental saja, tetapi juga membuat karyawan merasa kesulitan untuk bekerja dan mencapai kemajuan dalam karier mereka. Namun, kata dia, bahwa lingkungan toxic sebenarnya bisa diantisipasi.
“Gimana ya caranya untuk kita bisa meng-handle ataupun misalnya kayak kita jadi akhirnya memutuskan untuk gak bekerja di lingkungan yang toxic lagi? Pertama itu tipsnya adalah kita harus membuktikan kepada lingkungan kerja kita tentang kinerja kita. Jadi, tetaplah fokus pada tujuan, lakukan yang terbaik untuk tetap berada dalam kondisi pikiran yang positif,” beber Ayu.
Baca Juga: 8 Strategi Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Lingkungan Kerja yang Toxic