Dunia medis memasuki era baru. Sebuah temuan revolusioner dari ilmuwan Korea Selatan berpotensi mengubah cara kita memandang dan menangani kanker—bukan lagi dengan membunuh selnya, melainkan menyembuhkannya.
Profesor Kwang-Hyun Cho, peneliti dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), berhasil menemukan metode untuk mengembalikan sel kanker ke kondisi normal tanpa bantuan kemoterapi maupun radiasi. Penemuan ini diyakini dapat membuka jalan menuju pengobatan kanker yang lebih aman dan minim efek samping.
Dalam sebuah pernyataan, Prof. Cho menjelaskan, “Kami tidak mencoba membunuh sel kanker, melainkan mengatur ulang identitasnya agar kembali menjadi sel normal.”
Baca Juga: Waspada! 5 Makanan Sehari-hari Ini Bisa Picu Kanker, Cegah Sebelum Terlambat
Alih-alih menghancurkan sel kanker seperti yang dilakukan kemoterapi, metode ini bekerja dengan menekan “saklar molekuler” di dalam sel. Saklar inilah yang mengubah sel normal menjadi ganas. Dengan menekan ekspresi molekul tertentu seperti MYB, HDAC2, dan FOXA2, sel kanker dapat dihentikan pertumbuhannya dan dikembalikan menjadi sel sehat.
Metode ini menggunakan pemodelan komputer dan rekayasa jaringan genetik untuk memetakan bagaimana sel bisa kembali ke bentuk semula. Hasilnya tidak hanya inovatif, tetapi juga menjanjikan harapan baru bagi jutaan pasien.
Baca Juga: Bahaya Kanker Serviks: Ini 6 Tanda Tak Biasa yang Harus Diwaspadai
Dalam uji coba pada sel kanker usus besar, teknik ini berhasil menekan pertumbuhan tumor tanpa efek samping yang biasanya muncul pada kemoterapi. Sel tidak hanya berhenti berkembang, tetapi benar-benar kehilangan sifat ganasnya.
Keunggulan utama dari pendekatan ini adalah sifatnya yang tidak merusak sel sehat. Berbeda dari terapi konvensional yang sering menimbulkan efek samping berat, metode ini bekerja secara presisi untuk “menenangkan” sel kanker tanpa menghancurkan jaringan tubuh.
Baca Juga: Peringatan Bahaya Kanker Kulit: Ini 5 Tanda yang Tidak Boleh Diabaikan Menurut Dokter Ahli
Meski masih dalam tahap penelitian dan belum diuji pada manusia, temuan ini dinilai sebagai langkah besar dalam pengembangan terapi kanker masa depan. Jika berhasil melewati uji klinis, pengobatan kanker bisa menjadi lebih efektif, lebih manusiawi, dan jauh lebih bersahabat bagi tubuh pasien.
Mungkin suatu hari nanti, kanker tidak lagi ditakuti seperti sekarang karena kita tidak lagi berusaha membunuhnya, tetapi menyembuhkannya dari dalam.