Nurhayati Subakat merupakan sosok di balik berdirinya PT Paragon Technology and Innovation (PTI) yang mengelola merek Wardah serta sejumlah merek kosmetik populer lainnya. Menjadi pionir merek kosmetik halal, perusahaan yang dibangun wanita kelahiran 27 Juli 1950 silam tersebut menjadi perusahaan kosmetik nasional terbesar di Indonesia dengan menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar kosmetik Tanah Air.
Atas keberhasilannya, lulusan jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dinobatkan sebagai salah satu dari "20 Wanita Paling Berpengaruh" oleh Fortune Indonesia pada Juni 2022. Anak keempat dari delapan bersaudara tersebut bersanding dengan, antara lain, Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri; Menteri Keuangan Sri Mulyani; dan Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati.
Baca Juga: ParagonCorp Kembali Raih Penghargaan Indonesia’s Best Managed Companies 2024 dari Deloitte
"Saya adalah anak keempat dari delapan bersaudara, asli Padang Panjang. Bapak saya adalah seorang Ketua Umum Muhammadiyah waktu itu dan seorang pedagang yang cukup sukses di kota kecil tersebut," ujar Nurhayati saat menceritakan latar belakang keluarganya, dikutip Jumat (16/8/2024).
Dia mengenang ayahnya sebagai seorang yang visioner. Pasalnya, sang ayah sudah menyampaikan pentingnya Imtaq (iman dan taqwa) dan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) di tahun 1960-an, sesuatu yang disampaikan B.J. Habibie di tahun 1990-an.
"Oleh karena itu, kami semua yang perempuan tingkat SMP-nya masuk Pesantren Dinniyah Putri. Jadi, saya adalah alumni Pesantren Dinniyah Putri, kemudian masuk SMA, dan alhamdulillah diterima di ITB," jelasnya.
Sang ayah, Abdul Muin Saidi, berpulang saat dirinya masih mengenyam pendidikan di tingkat SMP. Ibunya, Nurjanah, lalu berperan ganda menggantikan sang suami untuk membesarkan ke-8 anaknya. Nurhayati bercerita, ibunya selalu menguatkan anak-anaknya dan mengingatkan mereka bahwa ada kemudahan di setiap kesulitan.
"Almarhumah ibu kami selalu menyampaikan ini, 'Kita enggak usah khawatir, setiap kesulitan insyaallah ada kemudahan'. Dengan semangat itu, sebagai orang tua tunggal dengan delapan anak, alhamdulillah beliau bisa mengantarkan semua anak-anaknya ke perguruan tinggi. Dari 8 bersaudara, 6 orang adalah alumni ITB," ujar penerima anugerah gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari ITB ini.
"Jadi, semangat optimis yang dikerjakan almarhumah ibu yang menginspirasi kami sampai saat ini. Begitu juga dari almarhum bapak kami. Sebagai Ketum Muhammadiyah, beliau juga sangat sosial, ini yang menginspirasi kami saat ini. Nilai-nilai dari keluarga ini saya sampaikan juga ke anak-anak dan alhamdulillah anak-anak kami semua bergabung dan mengikuti nilai-nilai dalam keluarga ini," pungkas ibu 3 anak ini.