Maestro properti Tanah Air, Ciputra akhirnya benar-benar mewujudkan mimpinya menjadi seorang arsitek setelah melalui jalan panjang yang tak mudah. Usai menuntaskan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB), Ciputra mulai menapaki satu demi satu anak tangga untuk merengkuh mimpinya.
Singkat cerita, Ciputra akhirnya terlibat di banyak proyek raksasa Tanah Air di awal-awal kemerdekaan Indonesia, jejak proyek-proyek itu bahkan masih tampak hingga sekarang ini, salah satunya adalah Proyek Pasar Senen. Ini sekaligus menjadi salah satu mega proyek perdana Ciputra yang terus ia ingat hingga kini.
Baca Juga: Ketika Ciputra Muda Terima Tantangan Atasi Semrawutnya Jakarta
Itu adalah proyek revitalisasi Pasar Senen, Jakarta Pusat yang ketika itu masih semrawut. Pasar Senen yang masih tumpang tindih dengan permukiman warga dan pabrik hendak disulap menjadi 100 persen pasar dan kawasan dagang.
“Visi utama kami, Pasar Senen benar-benar harus berubah wajah dan penggunaannya. Kawasan itu harus menjadi 100 persen kawasan dagang atau komersial,” kata Ciputra dilansir Olenka.id Senin (30/6/2025).
Ciputra sendiri punya andil yang lumayan besar dalam proyek ini, konsep pasar Senen yang kita kenal hingga kini adalah ide dari buah pikirannya yang cemerlang. Ide itu tak pernah ditawar-tawar lagi oleh Soemarno Gubernur Jakarta ketika itu saat mendengar presentasi Ciputra, demikian juga dengan Soekarno, Presiden Pertama RI itu juga antusias dengan ide dan konsep revitalisasi Pasar Senen yang disodorkan Ciputra.
"Saya setuju. Sempurna. Penjelasanmu sejalan dengan pikiran saya. Pasar Senen mau tak mau memang harus segera dibenahi, baik bangunan fisiknya maupun penggunaannya. Saya setuju perkotaan dan permukiman tak boleh disatukan. Permukiman yang luas itu juga bisa dipindahkan ke lokasi lain. Kau harus bertemu Presiden," kata Ciputra mengulang pernyataan Gubernur Jakarta ke-4 dan ke-6 tersebut.
Menghadap Presiden
Revitalisasi Pasar Senen bukanlah proyek abal-abal yang bisa tuntas dikerjakan satu pihak saja, itu adalah sebuah proyek besar juga bergengsi yang perlu melibatkan banyak pihak baik dari Pemda Jakarta maupun pemerintah pusat. Untuk itu ide cemerlang Ciputra memoles wajah Pasar Senen mesti dipresentasikan langsung di depan Presiden Soekarno.
Dan saat yang ditunggu-tunggu pun datang, Ciputra sang arsitek muda yang belum banyak dikenal orang itu pun melangkah dengan penuh percaya diri di halam istana kepresidenan, ia datang bersama Gubernur Soemarno menemui orang nomor satu di Indonesia.
“Ah! Mimpi apa saya! Gemetar sekali saya ketika kami memasuki area istana dan menginjak lantai bangunan bersejarah dan mahapenting itu. Kediaman dan tempat kerja Bung Karno! Saya benar-benar seperti bermimpi. Pemimpin negeri yang karismatik itu menerima kami di salah satu ruangan dalam Istana Merdeka,” kenangnya.
Baca Juga: The Power of Dream! Cerita Ciputra saat Putuskan ‘Hijrah’ Jadi Pengembang di Ibu Kota
“Benar-benar dahsyat kenyataan ini. Tapi tentu saja saya segera menghapus perasaan sentimental saya karena saya harus bersikap profesional. Pertemuan ini adalah pertemuan serius yang melibatkan kemampuan saya sebagai arsitek muda,” katanya lagi.
Singkat cerita, Ciputra mampu menghipnotis Soekarno, anak muda yang belum lama menuntaskan kuliahnya itu sukses meyakinkan Soekarno dengan ide-ide briliannya mengenai konsep peremajaan Pasar Senen. Bung Karno mendengarkan presentasi Ciputra dengan saksama. Sungguh penuh perhatian. Tak sedikit pun pandangannya terusik oleh hal lain. Ia mendengarkan Ciputra dengan sungguh-sungguh. Di akhir presentasi ia tersenyum lebar.
"Bagus sekali. Yang penting bagi saya adalah pembuangan sampah. Di mana kau akan membuang sampahnya?" kata Ciputra mengulang pernyataan Bung Karno
"Sampah akan diangkut petugas setiap hari dan dibawa ke tempat pembuangan sampah. Di area pasar akan disediakan satu sudut khusus di mana setiap pedagang bisa membuang sampah di sana. Pada jam tertentu petugas akan mengangkut semua sampah dengan truk dan dibuang lagi ke tempat sampah yang telah diatur pemerintah daerah Yang telah diatur pemerintah daerah Jakarta. Sehingga tidak ada timbunan sampah yang menggunung dan menjadi sumber penyakit." Kata Ciputra mengulang pernyataannya ketika itu.
Tak Memikirkan Keuntungan
Sebagai arsitek muda yang masih butuh jam terbang, Ciputra menggarap proyek Senen dengan kesungguhan hati, alih-alih memikirkan berapa keuntungan yang bakal ia raup, mendapat proyek yang direstui Gubernur Jakarta dan Presiden RI itu saja membuatnya merasa sudah sangat terhormat, ini mendongkrak kepercayaan dirinya untuk menggarap proyek-proyek yang jauh lebih besar ke depannya.
“Bisa menjalankan proyek ini saja saya sudah sangat girang. Ini proyek besar. Benar-benar saya tak memikirkan akan menjadi sekaya apa saya. Tidak. Belum saatnya. Saya pikir saya masih butuh "sekolah" dalam bentuk proyek-proyek yang sulit,” ucapnya.
Proyek Senen menjadi momentum Ciputra menambah lebih banyak lagi ilmu yang tak sempat diajarkan di bangku kuliah, ini sekaligus menjadi kesempatan mengukur kemampuan dan menguji dan menempah diri.
“Saya akan membuka kesempatan sebaik-baiknya untuk sekaligus belajar apakah saya bisa menjadi developer ke depannya. Proyek peremajaan Pasar Senen sudah pasti akan menjadi latihan yang sangat ampuh bagi saya,” tuturnya.
Berangkat dari alasan-alasan tersebut, Ciputra sekalipun tak pernah terbesit untuk mundur ketika mendengar pernyataan Bung Karno yang menyebut pemerintah tak punya cukup uang untuk mengerjakan proyek tersebut. Ciputra tahu betul itu bukan jalan buntu, kekurangan dana tak boleh menjadi alasannya menarik diri dari proyek bergengsi itu.
Keyakinannya akhirnya menjadi kenyataan, pemerintah daerah Jakarta dan Pemerintah Pusat akhirnya sepakat melibatkan pihak swasta untuk mendanai proyek tersebut, tak hanya melibatkan perusahaan swasta pemerintah juga menggaet PT Taspen dalam pendanaan proyek itu. Dimana PT Taspen bersedia meminjamkan sejumlah dana untuk membantu kelancaran proyek Senen.
“Perusahaan resmi pun dibentuk untuk melaksanakan pembangunan peremajaan Pasar Senen yang kemudian dikenal sebagai Proyek Senen. Pada 3 September 1961 resmi berdiri PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya atau PT Pembangunan Jaya,” ucapnya.