Ciputra merupakan salah satu pengusaha sukses Indonesia di bidang properti. Namun, keberhasilan itu tidak datang secara cuma-cuma kepada pria yang akrab disapa Pak Ci ini.
Setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960 dengan gelar sarjana di Teknik Arsitektur, Ciputra muda mengejar mimpinya untuk membangun sebuah kota. Kala itu, dia bermimpi mengubah wajah Jakarta menjadi lebih indah dan modern.
Baca Juga: Langkah Nekat Ciputra Ini Jadi Titik Balik Hidupnya
"Saya katakan bahwa sebuah kota bisa dipercantik dan terlihat lebih modern dengan peremajaan, selain juga membangun properti baru. Konsep pembangunan harus sebesar-besarnya menonjolkan daya guna dengan biaya yang efisien, tapi hasil bangunannya kokoh," ujarnya mengenang pertemuan dengan Gubernur Jakarta kala itu, Soemarno.
Bahkan sebelum sempat mengutarakan idenya, Ciputra harus berkali-kali menerima kegagalan untuk bisa bertemu dengan Soemarno. Jalan itu akhirnya ia temukan ketika berhasil meminta pertolongan Mayor Charles, mantan asisten Gubernur Soemarno.
"Semula saya gemetar saat pertama bicara, tapi kemudian saya teringat sesuatu yang sangat penting. Pertemuan ini bisa saja hanya terjadi sekali dalam hidup saya. Jadi, saya tidak boleh menyia-nyiakannya," ujar Ciputra menyemangati dirinya sendiri saat akhirnya berhasil bertemu dengan Gubernur Soemarno, dalam memoarnya, dikutip Minggu (29/6/2025).
Tanpa mengecilkan status fresh graduate yang diraihnya, dengan tenang dan penuh wibawa, Soemarno menantang Ciputra muda, "Kau lihatlah kawasan Senen. Itu yang ingin kami remajakan. Kawasan itu begitu kumuh dan hiruk pikuk. Jika kau sudah melihat ke sana, kita bertemu lagi untuk bicara. Saya percaya kita bisa meremajakan kawasan itu."
Kata-kata itu bagaikan pelecut semangat bagi Ciputra. Akan tetapi, keterbatasan dana yang dialami Pemerintah Provinsi Jakarta sempat membuat Ciputra lemas. Bagaimana mungkin arsitek muda yang bahkan belum bisa membangun rumah untuk keluarganya sendiri itu membangun sebuah kota metropolitan?
"Saya? Ciputra? Mengupayakan dana untuk membangun salah satu kawasan besar di Jakarta? Membangun rumah untuk keluarga sendiri saja belum mampu," ungkapnya menjelaskan kekhawatirannya saat itu.
Tidak berhenti di situ, kekhawatiran Ciputra bertambah ketika akhirnya dia menyusuri wilayah Pasar Senen. Tidak hanya terkesan oleh luas dan hidupnya kawasan itu, dia pun tercengang akan semrawutnya tata letak di Pasar Senen, "Bising. Hiruk pikuk. Bau. Segala ketidakaturan berjejal-jejal. Saya langsung membantin. Jika mau diremajakan, mulainya dari mana? Melihatnya saja nyaris putus asa."
Namun, dari sana, Ciputra tetap menyimpan optimisme. Dia bergegas ke Bandung, menemui dua sahabatnya, guna menyusun strategi. Dia tahu bahwa "Proyek Senen" belum tentu berhasil, tapi bukan berarti mustahil. Dengan semangat menggebu, Ciputra mengangkat lengan baju dan mulai bekerja.
"Kami membuat maket dan materi presentasi selama bermalam-malam. Nyaris tak tidur. Ini proyek impian. Walau Pak Soemarno mengatakan pemerintah tak ada uang, tapi ada keyakinan dalam diri saya, "Jika presentasi saya gemilang, Pak Soemarno akan berpikir keras untuk bisa mendapatkan dananya'," tandas Ciputra.
Sebagaimana diketahui, Ciputra merupakan salah satu pendiri PT Pembangunan Jaya yang berdiri sejak tahun 1961. Perusahaan ini dibangun untuk melakukan revitalisasi Kota Jakarta. Sebagai jawaban atas terbatasnya dana pemerintah kala itu, pihak swasta turut mengambil peran.