Singkat cerita, Ciputra mampu menghipnotis Soekarno, anak muda yang belum lama menuntaskan kuliahnya itu sukses meyakinkan Soekarno dengan ide-ide briliannya mengenai konsep peremajaan Pasar Senen. Bung Karno mendengarkan presentasi Ciputra  dengan saksama. Sungguh penuh perhatian. Tak sedikit pun pandangannya terusik oleh hal lain. Ia mendengarkan Ciputra dengan sungguh-sungguh. Di akhir presentasi ia tersenyum lebar. 

"Bagus sekali. Yang penting bagi saya adalah pembuangan sampah. Di mana kau akan membuang sampahnya?" kata Ciputra mengulang pernyataan Bung Karno 

"Sampah akan diangkut petugas setiap hari dan dibawa ke tempat pembuangan sampah. Di area pasar akan disediakan satu sudut khusus di mana setiap pedagang bisa membuang sampah di sana. Pada jam tertentu petugas akan mengangkut semua sampah dengan truk dan dibuang lagi ke tempat sampah yang telah diatur pemerintah daerah Yang telah diatur pemerintah daerah Jakarta. Sehingga tidak ada timbunan sampah yang menggunung dan menjadi sumber penyakit." Kata Ciputra mengulang pernyataannya ketika itu. 

Tak Memikirkan Keuntungan

Sebagai arsitek muda yang masih butuh jam terbang, Ciputra menggarap proyek Senen dengan kesungguhan hati, alih-alih memikirkan berapa keuntungan yang bakal ia raup, mendapat proyek yang direstui Gubernur Jakarta dan Presiden RI itu saja membuatnya  merasa sudah sangat terhormat, ini mendongkrak kepercayaan dirinya untuk menggarap proyek-proyek yang jauh lebih besar ke depannya. 

“Bisa menjalankan proyek ini saja saya sudah sangat girang. Ini proyek besar. Benar-benar saya tak memikirkan akan menjadi sekaya apa saya. Tidak. Belum saatnya. Saya pikir saya masih butuh "sekolah" dalam bentuk proyek-proyek yang sulit,” ucapnya.

Proyek Senen menjadi momentum Ciputra menambah lebih banyak lagi ilmu yang tak sempat diajarkan di bangku kuliah, ini sekaligus menjadi kesempatan mengukur kemampuan dan menguji dan menempah diri.  

“Saya akan membuka kesempatan sebaik-baiknya untuk sekaligus belajar apakah saya bisa menjadi developer ke depannya. Proyek peremajaan Pasar Senen sudah pasti akan menjadi latihan yang sangat ampuh bagi saya,” tuturnya. 

Berangkat dari alasan-alasan tersebut, Ciputra sekalipun tak pernah terbesit untuk mundur ketika mendengar pernyataan Bung Karno yang menyebut pemerintah tak punya cukup uang untuk mengerjakan proyek tersebut. Ciputra tahu betul itu bukan jalan buntu, kekurangan dana tak boleh menjadi alasannya menarik diri dari proyek bergengsi itu. 

Keyakinannya akhirnya menjadi kenyataan, pemerintah daerah Jakarta dan Pemerintah Pusat akhirnya sepakat melibatkan pihak swasta untuk mendanai proyek tersebut, tak hanya melibatkan perusahaan swasta pemerintah juga menggaet PT Taspen dalam pendanaan proyek itu. Dimana PT Taspen bersedia meminjamkan sejumlah dana untuk membantu kelancaran proyek Senen.  

“Perusahaan resmi pun dibentuk untuk melaksanakan pembangunan peremajaan Pasar Senen yang kemudian dikenal sebagai Proyek Senen. Pada 3 September 1961 resmi berdiri PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya atau PT Pembangunan Jaya,” ucapnya.