Menjadi seorang pengusaha sukses dengan jejak pengalaman dari titik terendah bukanlah hal yang mudah, bahkan banyak orang meragukan perjalanan karier sebagai pengusaha ini. Seperti halnya Bahlil Lahadalia yang kini menjadi seorang pengusaha, investor, dan politikus Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Bahlil, seorang pengusaha sukses asal Indonesia, dikenal dengan perjalanan bisnis yang penuh dengan perjuangan dan tantangan. Namun, siapa sangka, di awal perjalanan usahanya, Bahlil mengatakan ia sering diragukan dan dicemooh oleh banyak orang.
“Saya waktu memutuskan untuk menjadi pengusaha itu banyak orang teman-teman saya bilang aneh. Karena kelaziman itu kan, pasti orang yang menjadi pengusaha harus bapaknya minimal punya duit, punya modal, minimal anak pejabat yang punya jaringan atau keluarganya ada yang pengusaha. Saya ini sama sekali enggak punya keluarga jadi pengusaha, bukan anak pejabat. Ketika saya memutuskan itu, banyak orang cemooh juga, bisa atau tidak, tapi dalam pandangan saya pengusaha itu cuma dua, satu pengusaha dengan nasab, satu pengusaha dengan nasib,” ungkap Bahlil dikutip Olenka pada Selasa (26/11/2024).
Menurutnya menjadi pengusaha itu dapat dikategorikan dalam dua hal, yaitu melalui nasab, berdasarkan keturunan atau warisan keluarga dan by nasib, berdasarkan keberuntungan atau peluang yang datang tanpa direncanakan. Kedua jalur ini memiliki perjalanan dan tantangan yang sangat berbeda. Kedua kategori inilah yang bisa menghasilkan kesuksesan yang besar.
“Kalau pengusaha by nasab, orang tuanya sudah paten, ya, menjalankan usaha keluarga turunan kedua, ketiga, keempat, jadi sudah settle lah. Kalau pengusaha by nasib, ya seperti saya, kalau nasibnya gak bagus. Jadi pengusaha by nasib ini seperti berjudi, tapi saya pikir waktu itu karena saya jadi aktivis, saya bilang ke depan, Indonesia itu harus menciptakan pengusaha by design. By design itu adalah gabungan antara by nasab sama by nasib, dua-duanya punya kelebihan,” lanjutnya.
Bahlil menjelaskan, melalui nasib yang diperjuangkan untuk menuju mimpinya sebagai pengusaha butuh mental dan perjuangan yang tinggi. Semua itu ia mulai dengan kerja keras, karena jika tidak maka akan lebih sulit ke depannya.
Baca Juga: Tegas Bahlil: Jokowi dan Gibran Tidak Masuk Golkar
“Nah, tapi sebenarnya kalau tidak dilakukan dengan jaringan, dengan kapital yang cukup itupun susah. Maka saya kemudian berpikir, bahwa by nasab dan by nasib ini kalau mereka dibuat satu JV, itu pasti mereka akan lebih survive. Nah, memulai itu memang susah, saya waktu dulu memulai jadi pengusaha itu pernah punya omzet 60 juta. Jadi tidak ujug-ujug langsung gede, enggak. Ya dari sepatu miring dulu kita,” ucapnya.
Bahlil menjelaskan, dalam hal menjadi “sepatu miring” itu bagaikan sekretariat yang berjalan. Pada sekretariat berjalan tersebut pada zamannya dahulu untuk meneruskan surat, Bahlil masih mengetik secara manual dan ia lakukan di rental dengan menggunakan ojek sebagai transportasi. Dalam hal ini, ia mengetik surat ditujukan ke berbagai perusahaan dan bahkan kepada pemerintahan untuk menjadikannya sebagai partner.
Keberhasilan Bahlil juga semakin terlihat ketika ia dipercaya untuk menjadi Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) pada tahun 2015. Bahlil mulai menjalin hubungan dengan sejumlah pengusaha di sektor pertambangan. Ia juga belajar dari pengalaman orang-orang yang lebih berpengalaman, meskipun seringkali dihina atau dianggap tidak serius.
Baca Juga: Bahlil Lahadalia Bagikan Cerita Hidupnya. dari Kemiskinan hingga Menjadi Pengusaha Sukses
“Dan dari situ, melalui surat ide itu ada di otak kita. Jadi betul-betul, saya merasakan dari ketiadaan itu. Nah berangkat dari situlah saya masuk HIPMI, menjadi pengurus HIPMI di Papua. Pernah menjadi BPC, kemudian wakil bendahara umum BPD Papua. Kemudian saya menjadi ketua umum HIPMI Papua. Nah, disitu baru kita membangun akses, ada pemain bisnis di sana, dengan lebih banyak sumber daya alam, ada kayu ada macam-macamlah. Kemudian agak besar sedikit berkawan sama orang di Jakarta, membangun partner, kemudian masuk Jakarta,” jelas Bahlil.
Pada perjalanannya hingga tiba di Jakarta, Bahlil mampu menunjukkan usahanya dalam mengambil sejumlah risiko.
“Dalam kompetisi itu rata-rata ketua umum itu, kalau bukan anak jendral, anak konglomerat, sama anak mentri. Nah saya ini tidak tidak termasuk ke dalam kategori anak keluarga itu, saya kategori keluarga anak konglomelarat, tapi harus berkompetisi. Tapi Tuhan memudahkan jalan saya dan saya menang kompetisi itu dengan Bayu sekalipun dua putaran. Deadlock di Bandung baru kita lanjutkan di Bogor. Dan saya adalah ketua umum HIPMI pertama, yang dari wilayah Timur dan bukan dari keluarga yang mapan secara ekonomi,” katanya.
Pada kesempatan itu, Bahlil mampu menunjukkan usahanya dalam mengambil risiko yang pada akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil membangun perusahaan yang berkembang pesat di bidang pertambangan, yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar. Melalui perusahaan tersebut, Bahlil mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan turut serta dalam pembangunan daerah.
Baca Juga: Pengalaman Bahlil Lahadalia Kuliah di Jayapura: Telat Daftar, Ditempatkan Bersama Hewan
Bahlil juga menyadari bahwa kesuksesan yang diraihnya tidak datang begitu saja. Ia mengakui bahwa setiap keraguan seseorang pada dirinya di masa lalu memberikan pelajaran berharga yang membantunya menjadi lebih baik. Keberhasilannya tidak hanya terletak pada kemampuannya dalam bisnis, tetapi juga pada sikap mentalnya yang selalu positif dan tidak mudah putus asa.