Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menceritakan pengalamannya selama berkuliah di Jayapura. Diketahui, beliau berkunjung ke Jayapura menggunakan sebuah kapal yang berisikan hewan ternak.
Salah satu tokoh yang masuk dalam jajaran Kabinet Merah Putih itu mengatakan, dirinya pernah menaiki sebuah kapal perintis selama dua minggu perjalanan untuk sampai ke tempat tujuan.
"Saya dari Fak-Fak ke Jayapura menggunakan kapal perintis dan menempuh perjalanan selama dua minggu," ucap Bahlil seperti dikutip Olenka, Rabu (30/10/2024).
Baca Juga: Berkat Lobi-Lobi Bahlil Lahadalia, Golkar Dijatahi 8 Menteri di Kabinet Prabowo
Perlu diketahui, kapal perintis merupakan kapal yang mengangkut berbagai macam logistik, termasuk hewan ternak dan berbagai macam umbi-umbian untuk kemudian didistribusikan ke berbagai wilayah.
Lebih lanjut, Ketua Umum Partai Golongan Karya tersebut mengungkapkan bahwa selama dua minggu perjalanan beliau ditempatkan bersama oleh hewan-hewan, seperti ayam dan juga kambing. Setelah sampai di Jayapura, Bahlil menceritakan bahwa dirinya telat untuk mendaftar, akibat pada kala itu kampus sudah tidak membuka pendaftaran yang membuatnya harus memilih alternatif kampus lain.
"Tiba di Jayapura, kampus sudah tutup dan engga bisa untuk daftar. Jadi, satu-satunya kampus negeri (UNCEN) sudah tidak membuka pendaftaran dan akhirnya memilih kampus STIE Port Numbay," tambahnya.
Diketahui, kampus yang dipilih oleh Bahlil tidak memiliki informasi yang memadai, baik itu dari laman pencarian atau bahkan jarang ditemui. Namun, setelahnya saat ia menjabat nama kampus tersebut mulai dikenal luas.
"Kampus STIE Port Numbay yang di Google pun enggak ada. Tapi setelah saya jadi menteri di Google sudah ramai. Jadi, saya berkuliah di perguruan tinggi swasta," ujarnya.
Kendati demikian, menurut Bahlil di mana pun seseorang menempuh pendidikan tidak akan menjamin kualitasnya akan baik, melainkan ia meyakini bahwa yang dapat menentukan kualitas seseorang, hanya orang itu sendiri.
Dengan keyakinan tersebut, Bahlil tidak pernah merasa pesimis atas pendidikan yang ditempuhnya itu.
"Jadi, saya tidak pernah merasa pesimis walaupun berkuliah di STIE karena belum tentu juga alumni kampus tersebut kalah dengan kampus besar," tutupnya.