Monosodium Glutamat (MSG), yang kerap disebut micin, merupakan bahan tambahan makanan yang telah lama menjadi sorotan.
Di balik kemampuannya meningkatkan rasa gurih atau umami, MSG juga sering dikaitkan dengan berbagai isu kesehatan yang menimbulkan perdebatan di masyarakat.
Lantas, apakah benar micin dapat membahayakan tubuh? Yuk, simak baik-baik, ya!
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia, bersama lembaga internasional seperti WHO dan FDA, menyatakan bahwa MSG aman untuk dikonsumsi dalam batas yang wajar. FDA bahkan mengklasifikasikannya sebagai Generally Recognized as Safe (GRAS) oleh FDA, atau "diakui aman secara umum" berdasarkan data ilmiah yang tersedia.
MSG adalah garam natrium dari asam glutamat, asam amino yang secara alami terdapat dalam banyak makanan seperti tomat, keju, dan rumput laut. Proses pembuatan MSG modern dilakukan melalui fermentasi bahan alami seperti tetes tebu, menggunakan mikroorganisme. Hasilnya adalah MSG murni dengan tingkat kemurnian lebih dari 99%.
Dalam dunia industri makanan, MSG memiliki banyak keunggulan. Tidak hanya meningkatkan rasa umami, MSG juga membantu mengurangi kebutuhan akan garam, sehingga mendukung formulasi produk yang lebih sehat. Ketika dikombinasikan dengan Disodium Inosinate (I) dan Guanosine Monophosphate (G), MSG mampu menghasilkan rasa gurih yang lebih kaya, kompleks, dan stabil.
Mitos Tentang MSG
Salah satu mitos konsumsi MSG paling umum adalah dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, atau gejala lain yang sering disebut Chinese Restaurant Syndrome. Namun, berbagai penelitian ilmiah tidak menemukan bukti kuat dan konsisten yang mendukung klaim ini. Efek samping ringan hanya dialami oleh sebagian individu sensitif terhadap glutamat, dan umumnya bersifat sementara.