Risiko lumpuh lokal

Saraf terpanjang pada tubuh manusia terdapat di tulang belakang, dari tulang leher hingga tulang ekor. Saraf di setiap bagian tulang mempunyai tugas tersendiri. Contohnya, saraf di bagian tulang leher bertugas menggerakkan tangan, sedangkan saraf di bagian punggung bawah menggerakkan kaki.

Dan, yang namanya saraf terjepit hanya bisa terjadi di sepanjang tulang belakang. Kenapa demikian? 

Sederhananya, tidak seperti tulang lain, di sepanjang tulang belakang terdapat banyak cabang tulang di bagian kiri dan kanan, yang masing-masing memiliki saraf. Jadi, saraf di sekitar tulang belakang sangat banyak sehingga risiko terjadinya saraf terjepit menjadi tinggi. 

Selain itu, di antara ruas-ruas tulang terdapat gap atau celah berisi jaringan tisu. Fungsinya seperti bantalan untuk tulang. Saat terjadi benturan, tulang bergeser dan celah di antara ruas tulang menyempit, bantalan akan terjepit sehingga menonjol keluar. Akibatnya, saraf di sekitar akan terjepit, karena tak banyak ruang tersisa akibat pergeseran struktur tulang. 

Baca Juga: Kendaraan Hybrid Masih Jadi Tulang Punggung, Danamon Dukung Semua Brand

“Jika saraf terjepit terabaikan, tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai, atau tidak diterapi dengan benar, saraf akan rusak. Saat kerusakan saraf terus memburuk, hal terburuk yang mungkin terjadi adalah kematian saraf lokal,” kata dr. Irca, menjelaskan. 

Sebutlah saraf terjepit terjadi di lumbar 3 (L3) yang bertugas menggerakkan paha. Maka, jika tidak diterapi, otot paha bagian luar akan mengecil dan fungsinya tidak berjalan dengan benar. Saraf memiliki dua tugas, yaitu menggerakkan otot dan mengatur raba rasa. 

“Jika fungsi raba rasa terganggu, saat kaki ditusuk dengan benda tajam sekalipun, kita tidak akan bisa merasakan apa pun. Kondisi tersebut menjadi berbahaya, ketika ada luka di kaki yang sakitnya tidak bisa kita rasakan. Di samping itu, ada pula risiko kelumpuhan. Namun, pada kasus saraf terjepit, hanya terjadi kelumpuhan lokal di area yang digerakkan oleh saraf yang terjepit saja."

Regenerasi saraf perlu proses

Karena melibatkan perubahan struktur tulang, dr. Irca menjelaskan, saraf terjepit tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi, bukan berarti tidak bisa disembuhkan. Saraf terjepit yang tergolong ringan bisa diatasi dengan stretching atau relaksasi otot.

“Separah apa pun kondisinya, selalu ada solusi treatment. Hanya saja, yang perlu dipahami, treatment itu sering kali memerlukan proses yang panjang. Sebab, regenerasi saraf berjalan sangat lambat, tidak seperti kulit. Apalagi, jika kondisinya berat. Yang jelas, dokter akan memaksimalkan treatment. Seandainya tidak bisa pulih total, paling tidak bagian tubuh yang sarafnya sempat lumpuh akan bisa digerakkan dan difungsikan kembali,” kata dr. Irca. 

Karena itu, agar pemulihannya juga maksimal, pasien diharapkan bisa menghargai proses. Setelah beberapa kali terapi dan merasa nyerinya sudah hilang, banyak pasien memutuskan tidak kembali lagi untuk terapi lanjutan. Padahal, dokter perlu memperbaiki sumber masalahnya. Jika masalahnya terletak pada tulang, berarti dokter harus memperbaiki struktur tulang. Proses perbaikan tulang bukan hal yang mudah dan memerlukan waktu lama. 

“Sebab, tulang dilapisi oleh otot. Kami terlebih dahulu harus merelaksasi otot yang terdiri dari banyak sekali lapisan, agar kemudian bisa memperbaiki tulang. Dan, proses ini panjang. Namun, pasien perlu melewati proses tersebut agar sumber masalahnya dapat diperbaiki secara optimal, sehingga mereka tidak kembali lagi dengan keluhan yang sama.”

Dalam kasus saraf terjepit, yang ditangani dokter bukan nyeri, melainkan sumber masalah, sehingga gejala yang mengikutinya menghilang seiring waktu. Jika jarak antar tulang sudah bagus, tidak ada yang terjepit, maka tidak ada lagi rasa nyeri. Kalau jaraknya masih agak sempit, masih ada saraf yang terjepit, maka rasa nyeri itu masih akan dirasakan.