Tak bisa dipungkiri, hingga saat ini, produk manufaktur China terus menggempur pasar domestik RI. Barang buatan berlabel ‘Made in China’ ini pun harganya selalu bisa lebih murah dari dari produksi negara lain, tak terkecuali Indonesia.
Terkait hal itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, pun menilai bahwa barang-barang dari China bukan lagi disebut barang murahan, melainkan barang yang murah.
“Barang China itu sekarang bukan lagi barang murahan, tapi barang murah,” tutur Rhenald, dalam video yang diunggah kanal Pusdiklat Kemensetneg, dikutip Olenka, Jumat (7/2/2025).
Founder Rumah Perubahan itu lantas mengatakan, salah satu barang China yang mencuat di pasar Indonesia adalah tekstil.
Ia pun menuturkan, gempuran tekstil dari negara China pun akhirnya membuat keok industri tekstil Tanah Air.
Baca Juga: Rhenald Kasali Bicara Pentingnya Kecerdasan Bercakap-cakap
“Apakah pabrik tekstil ditutup karena masyarakat kita gak beli lagi tekstil? Masyarakat kita gak beli lagi baju sama celana? Banyak kan, kenapa bisa pada bangkrut? Karena yang masuk (Indonesia) itu barang murah (dari China),” beber Rhenald.
Akibat gempuran produk China yang murah tersebut, kata Rhenald, tidak heran jika banyak orang yang ingin memulai bisnis impor dari China karena harganya yang murah dan bisa untung besar.
Apalagi menurutnya, karakteristik masyarakat Indonesia sendiri yang menyukai barang lebih murah dan membandingkannya satu produk dengan produk yang lain.
“Ya rakyat sebagai konsumen sudah pasti cari yang murah dong,” tukasnya.
Jika kondisi ini berlangsung terus maka lambat laun, lanjut Rhenald, maka lambat laun akan mematikan industri dalam negeri.
Baca Juga: Rhenald Kasali Bicara Pentingnya Mendorong Kecerdasan Komunikasi dan Sosial