Leo Satrya Sandjaja atau dikenal sebagai Leo Sandjaja merupakan generasi kedua pewaris brand produk denim Lea Jeans. Sebagai putra satu-satunya, Leo jelas sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebagai pewaris bisnis keluarga oleh Gani Sandjaja sang ayah yang sudah mulai merintis usaha itu sejak 1972.
Suami artis Laura Basuki itu saat ini duduk di kursi direktur Lea Sanent. Kedua kakaknya juga ikut membantu mengelola perusahaan. Tetapi jauh sebelumnya laki-laki kelahiran 16 Juni 1977 di Jakarta itu sempat menolak estafet kepemimpinan dari sang ayah.
Baca Juga: Kisah Pertarungan Hidup Ciputra: Keringat, Air Mata, dan Nyawa di Balik Proyek Senen
Leo menolaknya secara halus, kepada sang ayah ia berdalih masih fokus mengejar pendidikan studi strata dua (S2) di Amerika Serikat (AS). Tetapi jauh di dasar hatinya, Leo menolak karena ingin menghindari konflik.
Itu bukan alasan yang dibuat-buat, Leo sedang tidak mengada-ada, berdasarkan pengalamannya perusahaan keluarga kerap kali disandera masalah karena perbedaan pendapat antara generasi pertama dan kedua, tak jarang, masalah seperti ini memicu konflik berkepanjangan. Leo tak mau itu terjadi pada keluarganya, keharmonisan yang terjalin di dalam keluarga kecilnya tak mau ia gadaikan.
Meski menolak secara halus, Sang ayah jelas murka, bagaimana mungkin anak bungsu sekaligus putra semata wayangnya itu bisa menolak meneruskan bisnis keluarga yang sudah dengan susah payah dibangun. Sang ayah tak kehabisan akal, dia kemudian mengancam tak bakal mengirim uang bulanan lagi, namun Leo tak bergeming, ia teguh pada pendirian, menolak permintaan sang ayah.
Leo kemudian berusaha hidup berdikari, ia ingin berdiri di kaki sendiri dari penghasilan sendiri, berbekal ijazah S1 ia pun mulai mencari kerja di sejumlah perusahaan swasta di Negeri Paman Sam. Tetapi mencari kerja di perantauan memang tak semudah yang ia pikirkan, berbagai surat lamaran yang kirim terus mendapat penolakan.
Kendati sedikit kesal dengan penolakan putranya dan tak mau mengirim uang bulanan lagi, namun orang tua mana yang tega melihat putra terkasihnya luntang lantung mencari kerja di negeri orang, sang ayah kemudian kembali mengontak Leo, dengan nada setengah memohon ia memintanya pulang ke Indonesia untuk meneruskan usaha keluarga, di titik ini, hati Leo yang awalnya keras luluh seketika.
Setelah menuntaskan studi S2, iapun berkemas untuk kembali ke Tanah Air, hatinya sudah mantap untuk membantu sang ayah yang semakin berumur. Di Lea Jeans Leo pertama kali didapuk sebagai sales manager kendati jabatan itu hanya dua bulan ia emban. Ia kemudian dipindah ke bagian promosi dan komunikasi pemasaran. Jabatan itu masih ia emban hingga kini.
Bikin Gebrakan Setelah Hampir Menyerah
Kendati bekerja di perusahaan keluarga bukan berarti Leo hanya bisa ongkang-ongkang kaki, ayahnya yang dikenal sebagai seorang pekerja keras punya ritme kerja yang tidak bisa langsung diterima Leo.
Melihat budaya kerja di Lea Jeans, Leo sempat berpikir untuk menyudahi kariernya di sana. Beruntung kedua kakak perempuannya selalu hadir dan menyemangatinya, ia diberi berbagai nasihat yang mampu membuat Leo kembali bergairah.
Leo yang mulai rileks dan nyaman di perusahaan keluarga itu, tak mau membuang-buang waktu lagi, sudah saatnya ia membuktikan diri. Benar saja ia mulai membikin sederet gebrakan di perusahaan itu.
Pertama ia mulai memangkas biaya Lea Store yang merupakan gerai mandiri alias stand alone. Gedung-gedungnya milik sendiri. Bagi Leo, biaya Lea Store, yang mulai ada sejak 1998 dan kini jumlahnya 30-an gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, sangat besar.
Bangunan Lea Store terdiri dari dua hingga empat lantai. Padahal, yang terpakai hanya lantai dasar. Leo kemudian mulai menyewakan sejumlah lantai di gedung-gedung Lea Jeans di berbagai tempat.
Baca Juga: Nggak Mungkin Ayah dan Anak Bersaing, Kaesang Pastikan Jokowi Tak Maju Jadi Calon Ketum PSI
Terobosan kedua, melakukan rebranding Lea Jeans. Baginya logo lama sudah usang. Hal ini sempat memicu perdebatan panjang dengan sang ayah, namun pada akhirnya sang ayah luluh dan mau mengikuti kehendak Leo.
Kemudian terobosan ketiga, mengembangkan produk. Leo membawa merek Lea Jeans mengarah ke modis. Sebab, penjualan yang perputarannya paling cepat justru bukan jin, melainkan produk top dan aksesori, seperti kaos, topi, serta bandana. Nah, ini yang tidak pernah ayahnya lakukan.
Cuma lagi-lagi, meyakinkan sang ayah bukan main susahnya. Sebab, pola pikir generasi pertama sebagai founder adalah, dengan apa yang sudah ada usaha tetap jalan. Sementara generasi kedua melihat ke depan.